Rabu, 19 September 2012
ikan mas
PEMBENIHAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio L )
PADA BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR
oleh. Djakia A. Mokodongan
Kegiatan pembenihan yang dilakukan yaitu pemijahan secara alami dengan menggunakan kakaban sebagai tempat menempelnya telur dan pemijahan secara buatan (induced spawning ). Hal - hal yang perlu disiapkan baik secara alami maupun secara buatan adalah : kolam atau bak, kakaban dan induk. kolam atau bak untuk pemijahan, penetasan sebelum digunakan dikeringkan terlebih dahulu dan selanjutnya kolam pendederan diolah, diberi pupuk dan kapur serta bila sudah dimasukan air, dilakukan penyemprotan dengan pestisida pada kolam.
Induk yang digunakan baik jantan maupun betina adalah yang sudah matang kelamin. Apabila induk, kakaban dan kolam atau bak pemijahan telah siap, maka induk dimasukan dalam kolam dengan perbandingan 1 : 1,5. Biasanya ikan memijah pada malam hari sampai pagi hari. Telur yang menempel pada kakaban akan menetas setelah 2 - 3 hari dibuahi.
Pemijahan secara buatan dapat dilakukan dengan membiarkan ikan memijah sendirinya dan dengan pengurutan ( stripping ) pada induk yang dipijahkan. Perbandingan berat resipien dan donor yaitu 1 : 1,5 dan penyuntikan dilakukan dua kali.
Larva atau benih yang dihasilkan dirawat dengan jalan memberikan makanan buatan dan makan hidup berupa Daphnia, sedangkan makanan bauatan berupa sari kuning telur.
Hasil kegiatan selama kerja lapang diperoleh tingkat mortalitas 20 - 97,5 % untuk secara alamiah dan 33,34 - 75 % cara hipofisasi. Masalah yang dihadapi oleh Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yaitu kurangnya suplai air sebab musim kemarau dan lumut yang tumbuh terlampau banyak.
REKAYASA PRODUKSI INDUK MURNI DAN BENIH HIBRIDA
IKAN MAS
A. Hadadi, Y. Mundayana, A. Santika, D. Suganda dan C. Muharam
Rekayasa produksi induk murni dan hibrida ikan mas telah dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi semenjak bulan April 1999 hingga bulan Maret 2000. Rekayasa ini bertujuan untuk menghasilkan induk ikan mas unggul pada varietas majalaya dan sinyonya serta diperoleh informasi tentang perkembangan benih hasil hibridisasi intraspesifik. Dalam memproduksi induk murni dikembangkan metoda ginogenesis mitotik dan untuk mendapatkan jantan fungsional dilakukan dengan cara sex reversal melalui perendaman hormon 17 alpha methyltestosteron , untuk tahap awal perbanyakan induk ditempuh melalui perkawinan antara induk ginogenetik dengan jantan normal satu varietas.
Dalam upaya menghasilkan benih unggul dilakukan hibridisasi intraspesifik antara ikan mas varietas majalaya dengan sinyonya dan majalaya dengan kaca. Pendederan dilakukan di kolam sedangkan pembesaran di karamba jaring apung dan kolam air deras. Dari hasil kegiatan perekayasaan ini diperoleh :
• Induk ikan mas Majalaya yang siap disebarluaskan ke BBI Sentral dan petani dengan bobot badan rataan betina 2.200 gram/ekor sebanyak 1.200 ekor dan bobot badan rataan jantan 715 gram/ekor sebanyak 600 ekor sedangkan induk ikan mas Sinyonya dengan bobot badan rataan betina 1.600 gram/ekor sebanyak 300 ekor dan bobot badan rataan jantan 650 gram/ekor sebanyak 150 ekor. Dari hasil kegiatan ginogenesis dan sex reversal telah diperoleh majalaya gino Me iotik F1 22 ekor, mitotik F2 25 ekor, Sinyonya mitotik F2 113, sedangkan calon jantan fungsional untuk majalaya 45 ekor (empat ekor ada sperma) dan sinyonya 44 ekor.
• Pertumbuhan calon induk ikan mas majalaya BBAT lebih cepat dibandingkan dengan ikan mas sinyonya atau ikan mas majalaya asal masyarakat (Wanayasa) selama tiga bulan pemeliharaan dikolam air deras.
• Pertumbuhan ikan mas betina majalaya lebih cepat dibandingkan dengan ikan mas sinyonya.
• Hasil kegiatan hibridisasi antara varietas majalaya dengan sinyonya dan majalaya dengan kaca menunjukkan bahwa benih hibridanya relatif lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan benih bukan hibrida, terkecuali dengan ikan mas majalaya.
• Hibridisasi intraspesifik pada ikan mas varietas sinyonya menunjukkan benih heterosis. Hal ini terlihat pada benih hibridanya lebih unggul dibandingkan benih ikan sinyonya.
• Perbaikan genetika pada ikan mas majalaya dapat ditempuh melalui "Selectif Breeding" atau hibridisasi intraspesifik.
N KERAPU CANTANG: HIBRIDA ANTARA IKAN KERAPU MACAN BETINA DENGAN IKAN KERAPU KERTANG JANTAN
Tuesday, 20 March 2012 09:49 | Written by Tim Stand Info | | |
IKAN KERAPU CANTANG:
HIBRIDA ANTARA IKAN KERAPU MACAN BETINA DENGAN IKAN KERAPU KERTANG JANTAN
1. Latar Belakang
Ikan kerapu (Epinephelus spp.) merupakan salah satu jenis ikan laut yang populer di pasaran dalam dan luar negeri dan memiliki nilai ekonomis tinggi di Asia Tenggara (Purba dan Mayunar, 1991). Saat ini ikan kerapu merupakan ikan budidaya yang sedang dikembangkan dan digalakkan sebagai komoditas budidaya laut unggulan untuk diekspor dengan nilai yang cukup tinggi. Permasalahan umum dalam budidaya ikan adalah bagaimana mendapatkan benih ikan yang tumbuh cepat, FCR rendah, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan dan penyakit serta morfologi yang disukai konsumen (Sumantadinata, 1997).
Pada ikan air tawar seperti ikan mas, nila, lele dan ikan hias, persilangan antar spesies untuk mendapatkan strain baru serta morfologi yang disukai konsumen telah banyak dilakukan sejak tahun 70-an. Namun pada ikan-ikan laut terutama ikan kerapu, upaya seperti ini belum banyak dilakukan, hanya sebatas penelusuran genetik melalui analisa enzim dan protein yang menggambarkan profil beberapa jenis ikan dengan parameter nilai heterozigositas, jumlah alel per lokus dan persentase loki polimorfik (Muslim, 1999). Dengan demikian perlu dilakukan perekayasaan tentang persilangan antar spesies antar beberapa spesies ikan kerapu yang mempunyai nilai efek heterosis yang tinggi dan dalam sifat pertumbuhan, daya tahan penyakit dan daya tahan lingkungan. Cara ini dapat menjadi solusi atas permasalahan permasalahan ikan kerapu yang tumbuhnya lambat.
Hibridisasi adalah salah satu metode pemuliaan dalam upaya mendapatkan strain baru yang mewarisi sifat-sifat genetik dan morfologis dari kedua tetuanya dan untuk meningkatkan heterozigositas. Semakin tinggi heterozigositas suatu populasi, semakin baik sifat-sifat yang dimilikinya. Hibridisasi pada ikan relatif mudah dan dapat menghasilkan kombinasi taksonomi yang bermacam-macam dan luas (Tave, 1988).
Dengan metode hibridisasi ini diharapkan dapat menghasilkan benih yang unggul pada sifat-sifat genetik dan morfologis. Rekayasa hibridisasi ikan kerapu di BBAP Situbondo dilaksanakan berdasarkan SK Dirjen No. 6375/DPB.1/PB.110.D1/XII/03, tanggal 23 Desember 2003, tentang Penetapan Pusat Pengembangan Induk dan Bibit Ikan (Udang, Nila, Rumput Laut dan Kerapu), sedangkan BBAP Situbondo dalam hal ini sebagai anggota Jaringan Pemuliaan Ikan Kerapu. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan benih ikan kerapu varietas baru berupa ikan hibrida yang unggul.
Perekayasaan hibridisasi ikan kerapu antara ikan kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan telah menghasilkan satu varietas baru yang secara morfologis mirip dengan kedua spesies induknya, sedangkan partumbuhannya lebih baik daripada ikan kerapu macan dan kerapu kertang itu sendiri. Dengan hadirnya benih varietas baru ini diharapkan dapat membantu produksi benih secara Nasional untuk mendukung pencapaian target produksi sebesar 353% Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2014.
1.2. Tujuan
Permohonan ini sebagai upaya untuk mendapatkan persetujuan Menteri Kelautan dan Perikanan terhadap pelepasan benih hasil hibridisasi ikan kerapu sehingga secara resmi benih ini dapat digunakan oleh masyarakat secara luas untuk kegiatan budidaya.
1.3. Landasan Hukum
Permohonan pelepasan benih kerapu hybrid ini didasarkan pada UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, dan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 810/Kpts/IK.210/7/99 tentang Pengujian, Penilaian dan Pelepasan Jenis dan atau varietas Ikan.
2. Morfologi dan anatomi
Tabel Perbandingan morfologi dan anatomi kerapu macan, hibrida dan kertang
Kerapu macan Kerapu hibrida Kerapu kertang
1. Bentuk tubuh compres sedikit membulat
1. Warna kulit kecoklatan dengan 5 garis melintang dibagian tubuhnya
1. Semua sirip (pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal ) dengan dasar berwarna coklat dilengkapi dengan bintik-bintik hitam
1. Bintik hitam melebar dihampir semua bagian tubuh.
1. Sirip punggung semakin melebar kearah belakang
1. Sirip punggung menyatu yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 14 jari-jari lunak, sirip pectoral terdiri atas 16 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 9 jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 18 jari-jari lunak.
1. Bentuk ekor rounded
1. Bentuk mulut lebar, superior (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)
1. Tipe sisik stenoid (bergerigi)
10. Bentuk gigi runcing (canine)
11. Panjang ikan 25 cm,
12. Panjang usus 34 cm
1. Bentuk tubuh compres dan relative membulat dengan ukuran lebar kepala sedikit atau hampir sama dengan lebar badannya
1. Warna kulit coklat kehitaman dengan 5 garis hitam melintang di bagian tubuhnya
1. Semua sirip (pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal ) bercorak seperti kertang dengan dasar berwarna kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam
1. Bintik hitam juga banyak tersebar di kepala dan didekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan pada setiap individu
1. Sirip punggung semakin melebar kearah belakang
1. Sirip punggung menyatu yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak.
1. Bentuk ekor rounded
1. Bentuk mulut lebar, superior (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)
1. Tipe sisik stenoid (bergerigi)
10. Bentuk gigi runcing (canine)
11. Panjang ikan 48 cm,
12. Panjang usus 63 cm 1. Bentuk tubuh compres dan sedikit membulat
1. Warna tubuh abu-abu kehitaman dengan 4 garis melintang yang kurang begitu jelas (samar-samar)
1. Semua sirip (pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal ) dengan dasar berwarna kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam
1. Bintik hitam juga banyak tersebar di kepala dan didekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan pada setiap individu
1. Sirip punggung semakin melebar kearah belakang
1. Sirip punggung menyatu yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak.
1. Bentuk ekor rounded
1. Bentuk mulut lebar, superior (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)
1. Tipe sisik stenoid (bergerigi)
1. Bentuk gigi runcing (canine)
1. Panjang ikan 32 cm,
1. Panjang usus 55 cm
Data produksi benih kerapu hibrida
Tabel 2. Data produksi benih kerapu hibrida (cantang) ukuran 2,5 cm di BBAP dan Hatchery-HSRT wilayah Situbondo selama 2 siklus periode agustus – nopember 2010.
Jumlah telur yang dibuahi Fertilitas (%) Jumlah telur yang ditebar (butir) Hatching rate (%) Survival rate (%) Jumlah benih (ekor)
3.000.000 70 2.100.000 80 10,25 210.000
5.000.000 75 3.750.000 80 12,05 361.500
Tabel 3. Data produksi benih kerapu Cantang dan kerapu macan di HSRT dan Hatchery di situbondo periode Juli – September 2011
Hatchery Jumlah tebar SR (%) Jumlah panen (ekor)
Kerapu Cantang Kerapu Macan Kerapu
Cantang Kerapu Macan Kerapu Cantang Kerapu Macan
Makara 400.000 3.500.000 32 39,2 102.400 1.097.600
SWJ 200.000 1.700.000 27,5 31,52 44.000 535.840
Marina 400.000 2.000.000 31,2 35,17 99.840 597.890
Bali Benur 600.000 1.500.000 18,4 30,78 88.320 392.445
Milenium 100.000 700.000 9,8 21,59 7.840 120.904
Yansu 100.000 300.000 29,1 23,57 23.280 56.568
5 M 150.000 450.000 15,3 22,73 18.360 86.942
Tabel 4. Pertambahan berat (gram) ikan kerapu macan, kertang dan Cantang selama fase penggelondongan dan pembesaran
UMUR (bulan) KERAPU MACAN KERAPU KERTANG KERAPU CANTANG (hybrida)
0 2,5 ± 0,2 2,75 ± 0,5 3 ± 0,6
1 20 ± 0,2 25 ± 5 30 ± 10
2 80 ± 0,9 85 ± 10 100 ± 10
3 160 ± 15 175 ± 5 210 ± 15
4 250 ± 20 290 ±15 450 ± 30
5 325 ± 20 350 ±30 660 ± 50
6 400± 40 550 ± 40 950 ± 65
7 550± 60 700 ± 70 1300 ± 90
8 665 ± 100 950 ± 120 1650 ± 150
9 710 ± 125 1250 ± 170 1980 ± 210
10 815 ± 150 1600 ± 200 2300 ± 250
11 885 ± 160 1900 ± 220 2700 ± 250
12 980 ± 140 2180 ± 280 3650 ± 300
FCR + 7 + 6 + 5
Keterangan : 0 bulan : awal pemeliharaan ukuran 3 cm
Pertumbuhan kerapu cantang di pembesaran di keramba jaring apung di Pecaron.
Umur (bulan ke) Panjang (cm) Berat (gram)
1 3 7
2 5 35
3 10 100
4 15 170
5 20 350
6 22 470
7 25 1200
8 28 2000
9 30 2200
10 35 2500
FCR + 5
3. Keunggulan ikan kerapu hybrid (Kerapu Macan & Kertang)
No. Keunggulan Keterangan
1. Pertumbuhan cepat - Pertumbuhan benih dari 1 inch – 3 inchi mencapai 100 gram dalam waktu 20 hari.
- Pertumbuhan ikan pembesaran dari 100 gram – 1000 gram selama 5 bulan.
- Pertumbuhan berat 2 – 3 kg selama 1 tahun
2. Ketahanan terhadap penyakit lebih baik Cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit dibanding ikan kerapu macan dan kertang
3. Lebih toleransi terhadap lingkungan yang kurang layak dan ruang yang sempit.
Dapat bertahan hidup di air payau sampai laut, pertumbuhan yang optimum pada salinitas 15 – 33 ppt, dengan kepadatan tinggi.
4. RENCANA KERJA KE DEPAN
Program kerja ke depan meliputi kriopreservasi sperma ikan kerapu kertang, kegiatan hibridisasi antar spesies ikan kerapu dan mengevaluasi induk hasil hibridisasi dari sisi fertilitasnya.
5. DAMPAK KEGIATAN
- Peningkatan produksi ikan kerapu dan mendukung pencapaian target KKP
- Peningkatan lapangan kerja
- Peningkatan kesejahteraan masyarakat
Kegiatan hibridisasi ikan kerapu di BBAP Situbondo telah dimulai sejak awal tahun 2010. Produksi benihnya semakin lama semakin baik dengan ditunjukkannya persentase pembuahan, penetasan telur dan kelangsungan hidup benih yang semakin baik. Benih kerapu hibrida menunjukkan kinerja lebih unggul jika dibandingkan dengan kedua induknya. Penyerapan benih kerapu hibrida di masyarakat semakin banyak dan distribusinya semakin luas.
Sehubungan dengan hal tersebut, permohonan pelepasan varietas benih kerapu unggul hasil hibridisasi antara ikan kerapu macan dengan kerapu kertang ini kiranya dapat dilepas dengan usulan nama Ikan Kerapu Cantang, sehingga jenis benih ikan kerapu ini dapat digunakan oleh masyarakat secara luas dengan harapan dapat memberikan kontribusi peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat.
Demikian permohonan pelepasan ini kami sampaikan, atas saran dan koreksi dari semua pihak sangat kami nantikan untuk perbaikan.
Last Updated (Tuesday, 20 March
dito.id@gmail.com
1
REKAYASA
HIBRIDISASI
IKAN
NILA
A.
Sucipto,
D.
I.
Handayani,
D.
Deriyanti,
D.
Junaedi,
Rojali,
D.
Hasbullah
Abstrak
Secara
genetik,
nila
memiliki
nilai
heritabilitas
(h
2
)
yang
rendah.
Dengan
keadaan
ini,
beberapa
penelitian
menunjukkan
bahwa
seleksi
tidak
terlalu
efektif
untuk
meningkatkan
kualitas
turunannya.
Cara
yang
dapat
ditempuh
untuk
meningkatkan
produksi
adalah
dengan
hibridisasi.
Oleh
karena
itu
pada
tahun
anggaran
2003
kegiatan
ini
dilakukan.
Beberapa
strain
yang
digunakan
dalam
hibridisasi
antara
lain
nila
hitam
Chitralada
dan
Aurea,
nila
merah
albino
dan
nila
putih.
Data
perbandingan
pertumbuhan
persilangan
nila
putih
(P)
betina
dengan
nila
merah
albino
(M)
jantan
atau
SPM
dan
persilangan
nila
merah
albino
(M)
betina
dengan
nila
putih
(P)
jantan
atau
SMP
dengan
ukuran
tebar
awal
tiap
jaring
adalah
3
gram
dengan
padat
tebar
24,5
ekor/m
3
dengan
lama
pengamatan
tujuh
bulan,
tidak
berbeda
nyata.
Pola
warna
pada
SPM
memiliki
komposisi
warna
putih
sebanyak
62,31%.
Komposisi
ini
lebih
besar
dari
nila
SMP
dan
diduga
memungkinkan
untuk
dilaksanakan
persilangan
lebih
lanjut
dengan
nila
hitam.
Namun
demikian,
secara
ilmiah
perlu
dibuktikan
untuk
mendapatkan
pola
persilangan
yang
memungkinkan
dalam
kegiatan
produksi
nila
merah
hibrida
secara
massal.
Secara
genotipe,
pola
gonosom
ikan
nila
hitam
Chitralada
(C)
adalah
XX
untuk
betina
dan
XY
untuk
jantan.
Hal
ini
sama
dengan
pola
pada
nila
hitam
dan
nila
merah.
Sedangkan
Aureus
(A)
memiliki
pola
WZ
untuk
betina
dan
ZZ
untuk
jantan.
Hasil
analisa
gonad
menunjukkan
bahwa,
persentase
nila
berjenis
kelamin
jantan
hasil
persilangan
betina
Aureus
dengan
jantan
Chitralada
(SCA)
adalah
85%,
sedangkan
hasil
persilangan
betina
Aureus
dengan
jantan
Chitralada
(SAC)
sebesar
60
%.
Dengan
demikian,
persilangan
Chitralada
betina
dengan
Aureus
jantan
dapat
digunakan
untuk
memproduksi
benih
nila
kelamin
jantan
secara
massal.
Berdasarkan
data
analisa
anak
inti
(nucleolus)
dan
kromosom,
jumlah
maksimal
anak
inti
untuk
ikan
nila
sebanyak
4
buah.
Sedangkan
jumlah
kromosom
nila
berjumlah
44
buah.
1.
Pendahuluan
1.1.
Latar
Belakang
Perkembangan
dalam
pembudidayaan
nila
merupakan
sisi
positif
yang
sangat
diharapkan
terutama
berkenaan
dengan
program
Inbudkan.
Namun
tentu
saja
perkembangan
tersebut
perlu
disikapi
secara
arif
dan
antisipatif.
Hal
ini
tidak
lain
karena
secara
genetik,
ikan
nila
yang
berkembang
di
Indonesia
relatif
cepat
mengalami
penurunan.
Yang
mudah
diamati
adalah
penampakan
secara
kuantitatif
dari
karakter
pertumbuhan,
ketahanan
terhadap
penyakit,
tingkat
kelangsungan
hidup,
benuk
tubuh
dan
abnormalitas
atau
secara
kualitatif
dari
karakter
wa
Astrie Septianing Anggarini
Blog mahasiswa Universitas Brawijaya
• Home
• About
Switcher
Home > Uncategorized > Laporan Praktikum Hibridisasi
Laporan Praktikum Hibridisasi
June 12th, 2011
Goto comments Leave a comment
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragaman.
Tujuan utama melakukan persilangan adalah (1) Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru; (2) Memperluas keragaman genetik; (3). Memanfaatkan vigor hibrida; atau (4) Menguji potensi tetua (uji turunan). Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman.
Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (favorable genes) pada genotipe yang homozigot justru akan berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot.
Varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas hibrida secara komersial.
Oleh karena pentingnya hal tersebut diatas,maka penting bagi kita untuk mengetahui mengenai hibridisasi serta tahapan – tahapan hibridisasi dari tanaman jagung.
1.2 Tujuan
Untuk memahami Hibridisasi
Untuk mengetahui tahapan hibridisasi
Untuk mengetahui factor – factor yang mempengaruhi hibridisasi baik internal maupun eksternal
Untuk mengetahui tanda keberhasilan hibridisasi
Untuk mengetahui morfologi bunga dan masa anthesis, reseptif bunga jagung
1. II. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Hibridisasi
• Hibridisasi adalah suatu perkawinan silang antara berbagai jenis spesies pada setiap tanaman. (Prasetyo, M. 2010)
• Hybridization is the process of interbreeding between individuals of different species (interspecific hybridization) or genetically divergent individuals from the same species (intraspecific hybridization).
“Hibridisasi adalah proses kawin antar individu dari spesies yang berbeda (persilangan interspesifik) atau individu genetik berbeda dari spesies yang sama (hibridisasi intraspesifik).” (Ellstrand, 2011)
• Hybridization (crossing) is a cross-pollination between the elders of different genetic composition.
“Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya.” (Yunianti, R . 2007)
2.2 Tahapan Hibridisasi
1. Menentukan bunga jantan / tetua
2. Menyiapkan alat
3. Mengidentifikasi bunga betina
4. Menentukan waktu persilangan
5. Mengisolasi
6. Polinasi (pemindahan pollen ke kepala putik)
7. Pembungkusan
8. Pemberian label
2.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hibridisasi
2.3.1 Internal
Pemilihan Tetua
Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua persilangan yaitu: (a) varietas komersial, (b) galur-galur elit pemuliaan, (c) galur-galur pemuliaan dengan satu atau beberapa sifat superior, (d) spesies introduksi tanaman dan (e) spesies liar. Peluang menghasilkan varietas unggul yang dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan merupakan varietas-varietas komersial yang unggul yang sedang beredar, galur-galur murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik.
Waktu Tanaman Berbunga
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga.
(Syukur, 2009)
2.3.2 Eksternal
Pengetahuan tentang Organ Reproduksi dan Tipe Penyerbukan
Untuk dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar dan yang paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Dengan mengetahui organ reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman menyerbuk silang dicirikan oleh struktur bunga sebagai berikut :
a. secara morfologi, bunganya mempunyai struktur tertentu
b. waktu antesis dan reseptif berbeda
c. inkompatibilitas atau ketidaksesuaian alat kelamin
d. adanya bunga monoecious dan dioecious
Cuaca Saat Penyerbukan
Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan persilangan buatan. Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bunga rontok. Demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.
Pelaksana
Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan bersungguh-sungguh dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemulia ceroboh maka hibridisasi akan gagal. (Syukur, 2009)
2.4 Tanda Keberhasilan Hibridisasi
• Tongkol jagung membesar
• Rambut tongkol berwarna kecoklatan dan rontok
2.5 Morfologi Bunga dan Masa Anthesis, Reseptif Bunga Jagung
Pada bunga jantan (malai) masa anthesisnya pada hari ke-65 setelah tanam, sedangkan pada bunga betina (tongkol) masa reseptifnya pada hari ke-71 setelah tanam. Masa anthesis malai ditandai dengan munculnya bulir-bulir yang berwarna merah keunguan yang mengandung antosianin pada tangkai malai, dan pada bulir terdapat serbuk sari (pollen) yang berwarna kuning. Masa reseptif tongkol ditandai dengan tumbuhnya bulu-bulu rambut pada ujung tongkol yang berwarna kuning bening kehijauan.
(Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, 2006)
1. III. Metodologi
3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi
Alat :
Plastik : Untuk membungkus bunga jantan
Kertas minyak : Untuk membungkus bunga betina
Gunting : Untuk memotong bunga jantan
Selotip : Untuk mengisolasi kertas minyak/ kertas sungkup
Cotton bud : Untuk mengambil dan menempelkan serbuk sari pada bunga betina/ tongkol
Karet/ tali : Untuk mengikat plastic pembungkus bunga jantan
Kamera : Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
3.2 Waktu dan Tempat Praktikum
Tanggal : 21 Mei 2011
Pukul : 11.00 WIB
Tempat praktikum : Lahan BP Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
3.3 Alur Kerja
Menyiapkan alat
Setelah bunga jantan mengeluarkan anthesis, lalu disungkup dengan plastic
Bunga betina (Tongkol belum keluar dari pelepah daun)
Menyungkup dengan kertas minyak dan di isolasi
1 hari setelah disungkup, tunggu jam 11.00 WIB
Digoyang – goyang, diambil pollenya
Bunga jantan dipotong dengan menggunakan gunting
Di polinasi 3x
Mendokumentasikan
Hasil pengamatan
1. IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.1.1 Pengamatan Keberhasilan Persilangan
Tetua Persilangan ∑ Persilangan Berhasil ∑ Total Persilangan
Tetua ♂ genotip J6 1 1
Tetua ♀ genotip J5
∑ persilangan yg berhasil
% Keberhasilan = X 100%
∑ total persilangan
1
= X 100% = 100 %
1
4.1.2 Pengamatan Bunga Setelah Persilangan ( hsp )
Tabel Pengamatan Pembungaan
Nama Tanaman : Jagung
Parameter Tetua betina Tetua jantan
Umur berbunga
(hari setelah tanam) 71 hari
65 hari
Perkembangan bunga
(dari kuncup hingga mekar)
Gambar morfologi bunga
Tabel Kontrol Persilangan
Komoditas : Jagung
Tujuan Persilangan : Menghasilkan jagung hibrida
Tetua Jantan : Genotip J6
Tetua Betina : Genotip J5
Tanggal Persilangan : 21 Mei 2011
Gambar prosedur persilangan Gambar hasil persilangan
a.
1 hsp (hari setelah persilangan)
b.
2 hsp
c.
3 hsp
( tidak melakukan dokumentasi )
d.
4 hsp
( tidak melakukan dokumentasi )
e.
5 hsp
( tidak melakukan dokumentasi )
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan, hibridisasi yang dilakukan tanggal 21 Mei 2011 menurut kelompok kami sudah berhasil, sebab bunga betina yang diamati menunjukkan tanda-tanda keberhasilan hibridisasi yaitu bulu-bulu benang tongkol berubah warna menjadi kecoklatan dan tongkol membesar. Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan.
(Syukur, 2009)
1. V. Penutup
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum melakukan persilangan terhadap tanaman jagung. Dari
hasil yang diperoleh dari pengamatan, diketahui kebehasilan dari tanaman jagung yang sudah di silangkan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada tanda – tanda yang terdapat pada tonkol jagung, yakni bulu – bulu yang terdapat pada tongkol berubah warna dari warna kekuningan menjadi kecoklatan, serta tongkol menjadi lebih besar.
5.2 Saran
Data yang diperoleh dalam praktikum ini masih memiliki kekurangan dan kesalahan. Untuk pembaca disarankan agar mencari diliteratur untuk menambah wawasan mengenai hibridisasi jagung.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar