Rabu, 19 September 2012

pembenihan udang galah

Pembenihan Adapun tahapan yang dilakukan dalam pembenihan adalah 1. Seleksi Induk Beberapa persyaratan induk : • Ukuran induk betina diatas 40 gr dan jantan diatas 50 gr • Jumlah telur cukup banyak • Badan bersih baik dari kotoran maupun organisme yang bersifat parasit • Umur induk antara 8-20 bulan • Memilih induk yang sudah matang telur untuk yang kedua kali dan seterusnya • Berasal dari udang yang pertumbuhannya cepat 2. Pemeliharaan induk Induk dipelihara di kolam dengan kepadatan 4 ekor/m2, diberi pakan berupa pelet dengan kandungan protein 30% sebanyak 5% dari berat tubuh. Pada pemeliharaan induk ini, induk jantan dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah, baik di kolam maupun di bak beton dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran dengan kedalaman 80-100 cm. 3. Pemijahan Udang galah memijah sepanjang tahun, biasanya terjadi pada malam hari. Udang galah yang siap pijah dapat dilihat dari gonadnya dengan warna merah orange yang menyepar keseluruh bagian gonad sampai ke Cephalothorax. Sebelum terjadi pemijahan udang betina terlebih dahulu berganti kulit (premating moult). Pada kondisi ini udang lemah, setelah pulih kembali terjadilah pemijahan. Pemijahan dapat dilakukan di kolam tanah, akuarium, bak beton atau fibreglass dengan padat tebar 4 ekor/m2. Perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3. Selama proses pemijahan induk diberi pakan pelet dengan kandungan protein 30% sebanyak 5% per hari dari berat biomass dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari, lama pemijahan 21 hari. 4. Penetasan Telur Setelah dilakukan pemijahan seiama 21 hari, induk diseleksi yang matang telur dengan warna telur abu-abu. Induk tersebut diberi perlakuan dengan larutan Malachite green sebanyak 1,5 mg/liter, dengan cara perendaman selama 25 menit. Bak penetasan yang digunakan berukuran (1 x1 x0,5)m3dengan media air payau bersalinitas 3-5 ppt, padat penebaran induk 25 ekor per bak. Selama penetasan telur, induk diberi makanan berupa ketela rambat, singkong atau kentang dipotong-potong kecil. Hal ini untuk menghindari dampak negatif kualitas air. Pada suhu 28-30°C telur akan menetas dalam waktu 6 – 12 jam. 5. Pemeliharaan larva Pemeliharaan larva udang galah dilakukan pada bak bulat atau Conicle tank dari fibreglass. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan tersebut antara lain kualitas air dan pemberian pakan. Ukuran pakan harus disesuaikan dengan bukaan mulut larva. Pada hari ketiga setelah menetas diberi pakan nauplii “Artemia” dengan frekuensi 3 jam sekali kemudian pada hari kesebelas diberi pakan Artemia diselingi pakan buatan sampai menjadi post larva dengan frekuensi pemberian pakan tiga jam sekali. Pergantian air dilakukan setiap hari sebanyak 25- 50% sebelumnya kotoran dibersihkan dengan cara disipon, salinitas media pemeliharaar larva dipertahankan 10-12 ppt. Setelah menjadi juvenil salinitas media diturunkaa secara bertahap menjadi 0 ppt kemudian juvenil siap dipasarkan atau ditebar ke kolam untuk dibesarkan sampai ukuran konsumsi. PENYAKIT Penyakit merupakan salah satu faktor pembatas keberhasilan pembenihan udang galah.. Penyakit yang biasa timbul adalah penyakit bakterial yangberupa Vibro sp. dengan ditandai semacam stress, Fluorisensi pada larva yang mati dan terjadi kematian massal dalam waktu yang singkat. Untuk mencegah terjadinya serangan bakterial perlu adanya “Chlorinisasi” media dan pengeringan fasilitas selama 7 hari, jika sudah terserang pengobatannya menggunakan Furozolidone dengan dosis 11-13 ppm, dengan cara perendaman selama 3 hari. Masalah Produksi Udang Galah Dalam budidaya udang galah ditemukan berbagai permasalahan antara lain: 1. Teknis Budidaya Berbeda dengan memelihara ikan, pemeliharaan udang galah memerlukan lingkungan yang spesifik untuk tempat hidupnya. Kolam perlu didisain dengan dasar dan sedimen yang cocok dan sehat karena udang galah adalah hewan yang merangkak di dasar habitatnya. Kedalaman air, pemberian shelter tempat berlindung udang, sarana caren di dasar kolam, sirkulasi air masuk-keluar harus mendapat perhatian khusus untuk meningkatkan produksi dan kemudahan dalam pemeliharaan. Pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, ukuran dan waktu pemberian seringkali kurang mendapat perhatian khusus dan akibatnya produksi udang tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Tahap persiapan kolam dan pemupukan berkala selama pemeliharaan akan sangat membantu dalam efisiensi pemberian pakan, kestabilan kualitas air dan kompetisi dari hewan air lainnya. Pembudidaya udang galah pemula biasanya menghadapi masalah dalam menentukan waktu panen, menetapkan ukuran udang yang sesuai dengan permintaan pasar, dan mengemas udang pasca panen dengan baik. Terdapat beberapa hal pada saat panen yang harus dihindari agar tidak merugikan pembudidaya, antara lain: 1. Panen dilakukan dengan mengeringkan kolam secara total, karena udang yang masih kecil ikut terpanen dan air yang telah kaya dengan organisme dan mineral terbuang percuma. 2. Panen selektif dengan menggunakan jaring hapa dilakukan tanpa mengeringkan kolam, karena yang tertangkap adalah udang dengan ukuran tertentu. Kerugian yang muncul dengan sistem ini adalah banyak membutuhkan tenaga kerja dan ikan predator tidak dapat dibersihkan dari kolam. 3. Udang galah hasil panen dicampur dengan udang galah yang sedang molting. Udang campuran tersebut mudah rusak sehingga tidak laku dijual ke pengepul. Akibatnya, udang tersebut harus dijual ke konsumen akhir dengan harga yang lebih murah. 2. Variasi Pertumbuhan Tinggi Udang galah mempunyai kekhasan dalam variasi tumbuhnya. Dominasi udang galah yang cepat tumbuh terhadap yang lambat tumbuh merupakan penghambat dalam mengejar produktivitas udang yang akan dipanen. Teknologi seleksi udang pada ukuran tokolan merupakan satu pilihan untuk menghindari masalah tersebut. Udang yang cepat tumbuh dipelihara terpisah dengan udang yang lambat tumbuhnya, sehingga efisiensi pemberian pakan dapat terwujud dan pertumbuhan dapat lebih cepat. 3. Keterbatasan Benih Udang Galah Jaminan pasokan benih yang lancar dan cukup merupakan masalah utama yang sering dihadapi petani. Hal ini terjadi karena kurangnya hatchery dan cara pengoperasionalnya yang belum optimal sebagai akibat keterbatasan induk. Sebagai gambaran pada tahun 2001, permintaan benur udang galah mencapai sekitar 5.000.000 ekor, sementara kapasitas produksi dari hatchery yang ada hanya berkisar 700.000 – 1.000.000 ekor per bulan. Lokasi pemeliharaan udang galah yang jauh dari hatchery merupakan masalah turunan selanjutnya. Konsekuensi dari kedua masalah itu adalah tambahan biaya produksi bagi petani. Kerjasama antar hatchery dan petani pentokolan dan pembesaran perlu digalakkan sehingga permasalahan penyediaan pasokan benih dari hatchery dapat ditangani oleh sekelompok petani pentokol saja. Petani pembesar akan mudah mendapatkan benih dari petani pentokol terdekat. 4. Lokasi Budidaya Terpencar Tapi Dalam Skala Luasan Yang Kecil Mencari lokasi pembesaran udang galah yang luas dengan kriteria sumber air dan kualitas sedimen yang memenuhi syarat lebih sulit dibandingkan lokasi untuk udang windu (tempat pemeliharaannya dipinggir pantai). Lokasi budidaya udang galah yang terpusat pada suatu lokasi yang luas akan dapat meningkatkan efisiensi usaha budidaya. Biaya transportasi benih, transportasi pakan/pupuk dan pemakaian tenaga akan menjadi lebih murah bila dibandingkan dengan kondisi lokasi budidaya yang terpencar di banyak tempat tapi dalam luasan yang kecil. Disamping itu, pengelolaan akan lebih mudah dan efisien serta jaminan produksi untuk skala pasar yang besar dapat terlayani. 5. Belum Ada Studi Skala Usaha Optimum Sampai saat ini belum dilakukan studi untuk skala usaha optimum bagi budidaya udang galah. Akibatnya pembudidayaan yang dilakukan sifatnya hanya disesuaikan dengan luas lahan. Bagi pembudidaya yang memiliki beberapa buah kolam, besarnya keuntungan yang diperoleh tergantung pula pada manajemen pengelolaan kolam yang dimilikinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar