Rabu, 19 September 2012

udang galah

Udang galah (Macrobrachium Rosenbergii) adalah sejenis udang air tawar, Udang galah (Macrobrachium Rosenbergii) atau dikenal juga sebagai Giant Freshwater Shrimp merupakan salah satu jenis Crustacea, dari famili Palamonidae dengan species Macrobrachium rosenbergii. yang mempunyai ukuran terbesar dibandingkan dengan udang air tawar lainnya. Udang galah hidup pada dua habitat, pada stadia larva hidup di air payau dan kembali ke air tawar pada stadia juvenil hingga dewasa. Udang galah adalah jenis udang yang bisa dibudidayakan pada lahan tanah sawah, kolam atau empang air tawar. Pemeliharaannya relatif lebih mudah dibandingkan dengan jenis udang lainnya dan sampai saat ini belum ditemukan adanya hama atau penyakit yang membahayakan yang dapat mengganggu budidaya udang galah dan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan panen. Komoditas ini diklaim oleh berbagai negara sebagai fauna asli dari India dan Indonesia. Di Indonesia, udang galah dapat ditemukan di berbagai wilayah dan masing-masing memiliki varietas dengan ciri tersendiri. Misalnya, udang galah dari Sumatera dan Kalimantan memiliki ukuran kepala besar, capit panjang, dan berwarna hijau kuning. Udang galah dari Jambi memiliki ukuran kepala lebih kecil, capit kecil dan berwarna keemasan. Badan udang terdiri atas 3 bagian : kepala dan dada (Cephalothorax), badan (Abdomen) serta ekor (Uropoda). Cephalothorax dibungkus oleh kulit keras, di bagian depan kepala terdapat tonjolan karapas yang bergerigi disebut rostrum pada bagian atas sebanyak 11-13 buah dan bagian bawah 8-14 buah. Untuk membedakan antara udang jantan dan udang betina maka perlu melihat ciri fisik seperti berikut : Udang jantan Udang betina Ukuran tubuh relative lebih besar Tubuh lebih kecil Pasangan kaki jalan yang kedua relative lebih besar dan panjang (bahkan dapat mencapai 1,5 kali panjang total tubuhnya) Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih besar, tetapi tidak sebesar dan sepanjang udang jantan Bagian perut lebih ramping Bagian perut lebih besar Ukuran pleuron lebih pendek Pleuron memanjang Alat kelamin terdapat pada basis pasangan kaki jalan kelima Alat kelamin terletak pada pangkal kaki ketiga, merupakan suatu lubang yang disebut Thelicum Pasangan kaki jalan terlihat lebih rapat dan lunak Pembudidayaan udang galah terdiri atas beberapa tahapan teknologi budidaya, yaitu teknologi pembenihan, pendederan dan pembesaran. Untuk mendukung budidaya pada berbagai tahapan diperlukan teknologi lain, misalnya, teknologi pakan dan nutrisi, pengendalian hama penyakit, pengelolaan kualitas air dan teknologi panen dan pasca panen serta pemasaran. 1. PEMBENIHAN Salah satu faktor keberhasilan usaha budidaya udang adalah penebaran benur yang berkualitas baik. Kondisi benur yang berkualitas baik, berarti benur tersebut dalam keadaan sehat atau bebas dari penyakit, nafsu makan yang tinggi serta tidak cacat dan ini merupakan faktor pendukung untuk mencapai pertumbuhan optimal maupun tingkat kehidupan yang tinggi. Secara visual atau penglihatan mata biasa dapat dibedakan antara benur yang baik dan yang tidak baik, yaitu antara Iain ; 1. Semua organ tubuh benur yaitu ekor, mata, kaki, antara kulit dalam keadaan lengkap dan tidak cacat; 2. Gerakan benur lincah dan suka melawan arus; 3. Bentuk tubuh ramping memanjang; 4. Warna tubuh jernih / putih kecoklatan; 5. Benur sensitif atau peka terhadap gangguan fisik pada lingkungannya, seperti benur akan segera bergerak cepat atau bila dikejutkan; 6. Keadaan tubuh benur bersih dari kotoran dan Iumut; 7. Benur aktif mencari makan dan nafsu makan tinggi; 8. Tidak ada perubahan warna yang mencolok pada benur pada kondisi terang maupun gelap; 9. Kuaiitas air berbagai media hidup benur harus benar-benar baik dan bebas penyakit; 10. Fototatis positif yaitu suka pada cahaya; 11. Ukuran benur relatif seragam. Dalam upaya mendapatkan benur siap tebar yang berkualitas baik, khususnya yang bersumber dan tempat pembenihan (Hatchery), berikut ini dijelaskan beberapa faktor yang harus mendapat perhatian untuk diperiksa : 1. Pembersihan Air Melihat tingkat kejenuhan air di dalam bak pemeliharaan benur bila terdapat endapan sisa pakan atau air yang berbuih serla bau membusuh, hal ini menunjukkan rendahnya kualitas air. Karena air mengandung bahan organik yang memproduksi gas-gas beracun seperti sulpida, meta dan sebagainya. Akibatnya benur menjadi stres dan peka terhadap penyakit. 2. Kecerahan Air (Turbidity) Memeriksa kecerahan air di dalam bak pemeliaraan benur, yaitu pewamaan air yang disebabkan oleh populasi plankton di dalam air. Air yang baik adalah tidak terlalu cerah melainkan berwarna kehijauan atau kecoklatan. Keadaan ini menunjukkan banyak populasi plankton di dalam air. Sehingga akan menyediakan pakan alami, menghilangkan berbagai jenis senyawa beracun di dalam air seperti NH3, H2S, CH4 dan sebagainya. Serta dapat mengurangi stres pada benur. 3. Warna Benur Warna benur sangat tergantung pada warna bak dan warna air jika benur terlihat berwarna merah atau merah jambu atau putih kekapuran, keadaan ini menunjukkan kemungkinan besar benur tidak sehat atau sudah lerinfeksi penyakit. Sebaiknya warna benur putih jernih kecoklatan alau kehitaman. 4. Kelengkapan dengan Tubuh Melihat apakah ada organ tubuh dari benur yang rusak atau hilang, memang sukar melihat satu persatu apakali benur mengalami kerusakan dengan tubuhnya seperti kaki, mata, ekor dan antena, tetapi contoh secara acak harus diamati jika ada benur yang mengalami kerusakan pada mata atau hilang atau kerusahkan pada ekor, kaki, dan sebagainya, itu berati banyak benur mengalami kerusakan selama proses pemindahan dari satu bak ke bak lainnya, atau karena saling memangsa sesamanya akibatnya benur peka terhadap infeksi penyakit dan juga pertumbuhannya menjadi lambat. 5. Posisi Benur Di dalam Bak Lihat kedalam bak, jika kebanyakan benur menempel atau bergantung di dinding bak atau suka berenang melawan arus, maka menunjukkan benur dalam keadaan sehat. Baik benur terlihat mengatur atau tenang dengan lemah maka kondisi benur tidak sehat. Cara ini dapat dilakukan yaitu mengambil air dengan gayung tepat berada di atas batu aerasi. Biasanya benur yang lemah atau terapung-apung di dasar bak dan akan terbawa oleh arus air, sehingga jika air yang diambiI tepat di atas batu aerasi mengandung banyak benur, hal ini menunjukkan bahwa di dalam bak banyak benur yang lemah. 6. Mengamati Benur dalam Kondisi Gelap Ini suatu cara yang mudah dilakukan untuk mengetahui apakah benur yang sudah atau benur yang terinfeksi oleh bakteri Vibrine sp yaitu, suatu jenis bakteri yang dominan menyerang udang sekarang ini. Dalam kondisi gelap atau tepatnya pada malam hari dengan tidak menggunakan lampu, dapat dilihat titik cahaya yang menempel pada tubuh benur sehingga tubuh benur menjadi bercahaya. Titik-titik cahaya itu adalah baklen Vibrine sp yang menempel pada lapisan luar tubuh benur maupun yang masuk kedalam jaringan tubuh benur. Jika sudah terlihat tanda-tanda seperti ini berarti sudah positif benur terinfeksi bakteri yang berbahaya bagi kehidupan benur. Hindari penggunaan benur yang berasal dan suatu tempat pembenihan yang salah satu bak pemeliharaan benurnya terkena infeksi bakteri Vibrine sp. bakteri Vibrine sp dapat menyerang benur pada tempat yang luas dan dalam waktu yang singkat serta berakibat mematikan bagi benur. 2. PENDEDERAN Teknologi pendederan pasca larva atau sering disebut pentokolan terdiri dari 2 pilihan yaitu: 1. Teknologi pendederan indoor dengan menggunakan sistem air tersirkulasi. 2. Teknologi pendederan outdoor dengan menggunakan kolam tanah, sawah dan karamba jaring apung (KJA). Tujuan dari pendederan adalah : 1. Mempersiapkan benur menjadi benih udang siap tebar (tokolan) untuk meningkatkan survival rate di kolam pembesaran. 2. Memperpendek waktu pembesaran sehingga produk yang dihasilkan memenuhi ukuran konsumsi dan seragam. 3. Menekan pemborosan benur. 3. PEMBESARAN Pembesaran udang galah dapat dilakukan dengan sistem monokultur atau polikultur, dengan teknologi antara lain sebagai berikut : 1. Teknologi pembesaran di kolam dengan persyaratan teknis tertentu 2. Teknologi pembesaran di sawah tambak yang merupakan perairan pasang surut (contoh di wilayah Bengawan Solo, Jawa Tengah).Dengan teknologi ini udang galah dapat dibudidayakan secara polikultur dengan ikan lain misalnya tawes dan bandeng. 3. Teknologi pembesaran di tambak darat yang mempunyai kadar garam kurang dari 10 permil. Persyaratan teknisnya hampir sama dengan pembesaran udang galah di kolam, namun yang perlu diperhatikan adalah proses aklimatisasi benih udang dari air tawar ke sedikit payau. Lokasi Usaha Udang galah merupakan komoditas perikanan air tawar yang dalam pembudidayaannya memerlukan beberapa persyaratan dalam hal pemilihan lokasi kolam dan lingkungannya. Untuk lokasi, persyaratan utamanya adalah ketinggian, jenis tanah dan adanya air mengalir. Secara lengkap persyaratannya adalah sebagai berikut: a. Syarat lokasi: • Ideal di dataran rendah dengan ketinggian ¬ 400 M Dpl • Tanah lumpur berpasir • Terdapat sumber air mengalir • Bebas banjir • Bebas dari pencemaran • Keamanan terjamin • Mudah dijangkau b. Syarat lingkungan: • pH : 7-8 • Salinitas : 0-5 permil (namun sebaiknya air tawar) • Tinggi genangan : 80-120 cm • Temperatur air : 26°C-30°C • Kecerahan air : 25-45 cm • Oksigen terlarut : 5-7 ppm • Karbondioksida : 2-12 ppm • Amoniak (NH3) : < 2 ppm Fasilitas Produksi dan Peralatan a. Kolam Bentuk kolam untuk budidaya udang galah sebaiknya memanjang sesuai aliran air masuk dan keluar. Hal ini akan bermanfaat terhadap peng-gantian air yang sempurna sehingga kandungan oksigen di dalam air akan tetap tinggi selama pemeliharaan. Ukuran kolam yang ideal adalah lebar maksimum 20 m dan panjang 50 m atau luas maksimal 1000 m2. Ukuran lebar ideal akan memudahkan dalam pemberian pakan, karena pakan udang dapat ditebar secara merata dari pinggir sampai ke tengah kolam. Hal tersebut sangat penting agar pendistribusian pakan dapat optimal karena udang galah hidup merayap dan tersebar ke seluruh dasar kolam. Selain itu, kolam mudah dikeringkan pada saat pemanenan. Dasar kolam sebaiknya tanah berpasir dan diusahakan agar jumlah lumpur sesedikit mungkin. Hal ini untuk mencegah terjadinya pembusukan bahan organik sisa pakan atau kotoran udang yang dapat menimbulkan racun dan menyebabkan udang yang dipelihara mabuk atau stress. b. Pematang Pematang atau tanggul pembatas kolam harus dibuat kokoh dan kuat agar tidak longsor dan bocor. Lebar bagian atas dari pematang sebaiknya tidak kurang dari 1 m. Untuk memudahkan pengelolaan kolam, maka perbandingan antara sisi tegak dan sisi mendatar adalah 1 : 2 untuk tanah lempung dan minimal 1 : 1 untuk tanah berpasir. c. Shelter Udang galah selama hidupnya mengalami beberapa kali molting, dan pada saat itu udang galah berada pada kondisi yang paling lemah. Di sisi lain udang galah juga mempunyai sifat kanibal. Dengan demikian udang galah yang sedang molting perlu shelter yang diberikan merata di sekeliling kolam, agar udang galah terhindar dari kejaran udang yang sehat yang dapat memangsanya. Luas shelter sebaiknya kurang lebih 20% dari luas kolam. Shelter dapat dibuat dari pelepah daun kelapa atau pucuk pohon bambu yang telah dibuang daunnya atau anyaman bambu. Shelter diambangkan di dalam kolam, diikatkan pada patok bambu/kayu dengan kedalaman 40 cm dari dasar kolam. Foto 3. berikut ini menampilkan kolam dengan shelter berupa daun kelapa sedangkan shelter pada Foto 4. terbuat dari bambu yang dibentuk seperti kerangka bangunan. d. Lubang penangkapan Pada saat panen, udang harus dapat ditangkap dengan mudah, sehingga perlu dibuat lubang penangkapan yang disambung dengan selokan kecil (caren) memanjang di tengah kolam. Ukuran lubang penangkapan adalah panjang 2 m, lebar 3 m dan tinggi 0,75 m, sedangkan lebar caren adalah 0,5 m dengan kedalaman 0,4 m. Dengan adanya lubang penangkapan ini, udang yang akan dipanen akan terkumpul di dalamnya melalui caren. e. Aerasi Aerasi adalah upaya untuk menambah oksigen terlarut di dalam air. Kebutuhan oksigen untuk udang galah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan. Semakin padat udang galah yang dibudidayakan di kolam, semakin tinggi kelarutan oksigen yang diperlukan. Apabila debit air kurang mencukupi maka untuk memperkaya kelarutan oksigen, dilakukan aerasi dengan menggunakan kincir air. Apabila debit air cukup maka aerasi dilakukan dengan sistem air kolam yang mengalir. f. Peluap dan drainase Peluap diperlukan untuk mengatur tinggi permukaan air di kolam agar kedalamannya sesuai dengan yang diharapkan dan juga tidak terjadi over topping yang dapat merusak pematang. Lubang drainase digunakan untuk membuang kelebihan air di kolam, karena kolam yang ideal adalah yang selalu ada aliran masuk dan keluar selama 24 jam. Lubang drainase ini dapat dibuat dari pipa tanah liat (hong) yang menembus pematang menuju saluran drainase, kemudian disambung dengan pipa PVC vertical sebagai peluap dengan sambungan berbentuk “L” (siku) yang sewaktu-waktu dapat dilepas untuk mengurangi atau mengeringkan air saat udang dipanen. Perkakas dan peralatan yang diperlukan oleh pembudidaya udang galah secara semi intensif di Kabupaten Sleman, DIY cukup sederhana dan tidak terlalu bervariasi. Perkakas dan peralatan tersebut antara lain meliputi seser bulat, seser kotak, cangkul, jala, drum plastik, kelambu/jaring hapa, keranjang, timbangan sampling dan timbangan gantung. Foto 5. berikut ini menampilkan jaring yang digunakan untuk memanen. Sarana Produksi a. Benih Pembudidaya udang galah harus memperhatikan mutu benih yang akan ditebar, karena mutu menentukan laju pertumbuhan selama pembesaran di kolam. Ciri-ciri benih bermutu : (1). Murni monospecies (Macrobrachium Rosenbergii); (2). Sama umur dan ukuran; (3). Tidak cacad fisik (kelainan bentuk); (4). Bereaksi cepat terhadap rangsangan cahaya/mekanik dan bergerak aktif; (5). Bebas dari penyakit (jamur, parasit, bakteri dan virus); (6). Cepat tumbuh. Jumlah benur yang disediakan perlu mempertimbangkan tingkat kematian (mortalitas) selama adaptasi dan pemeliharaan. Angka survival rate dari benur sampai tokolan ± 50%, sedangkan dari tokolan sampai udang konsumsi ± 50% – 75%. Sebelum ditebar di kolam untuk pendederan, benur terlebih dahulu diaklimatisasi agar tidak stress karena perubahan secara mendadak, terutama perubahan suhu karena benur lebih peka terhadap perubahan suhu daripada udang galah dewasa. Aklimatisasi dilakukan dengan cara merendam kantung benur ke dalam kolam selama ±15 menit, kemudian kantong dibuka untuk penyesuaian dengan suhu udara selama ±15 menit sambil diperciki air kolam sedikit demi sedikit. Setelah beberapa saat baru kantong benur ditumpahkan ke dalam kolam secara perlahan dan hati-hati. Diusahakan agar benur berenang keluar dari kantong ke kolam dengan sendirinya. Perbedaan suhu 1-2°C dianggap cukup aman bagi benur untuk ditebar ke kolam. Benih udang galah telah dihasilkan oleh hatchery baik milik rakyat (swasta) yang disebut Unit Pembenihan Udang Galah (UPUG) maupun milik pemerintah yang disebut Balai Benih Udang Galah (BBUG). Berdasarkan data statistik tahun 2001 produksi benih di Indonesia masih terbatas. Di Jawa Barat hanya terdapat satu UPUG dengan total produksi benur 300.000 ekor pertahun, di Jawa Tengah terdapat tujuh UPUG dengan produksi benur mencapai 11.809.000 ekor per tahun, di Bali terdapat sembilan UPUG dengan total produksi benur sebanyak 7.786.000 ekor per tahun. Sementara itu unit pembenihan di Jawa Timur dalam kondisi tidak berproduksi. Jumlah unit pembenihan udang galah tersebut belum mampu memenuhi permintaan benur untuk pembesaran. Sebagai contoh di Bali kebutuhan benur baru terpenuhi 20% dari permintaan. b. Pakan Pakan memegang peranan yang penting dalam budidaya udang galah. Pemberian pakan yang berkualitas baik dan dalam takaran yang tepat dapat mendukung keberhasilan panen udang galah. Pemberian pakan yang berkualitas jelek dan dalam jumlah yang kurang akan mengakibatkan pertumbuhan udang tidak maksimal dan meningkatkan sifat kanibalisme. Dilain pihak pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan pemborosan dan pakan yang tidak terkonsumsi akan membusuk di dasar kolam yang mengakibatkan lingkungan kolam menjadi tidak sehat dan berdampak buruk pada pertumbuhan udang galah. Pakan udang galah terdiri dari dua jenis, yaitu pakan alami berupa fitoplankton dan pakan buatan berupa pelet. Fitoplankton ditumbuhkan melalui pemupukan dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang) dan anorganik (Urea, TSP). Pemupukan perlu dilakukan secara periodik sesuai dengan kepadatan fitoplankton yang diinginkan. Pakan buatan yang digunakan harus mengandung kadar protein yang cukup dan bermutu bagi pertumbuhan udang galah, selain itu harus mengandung cukup vitamin dan mineral guna menambah daya tahan tubuh dan menghindari penyakit malnutrisi. Pakan juga harus memenuhi persyaratan fisik yang diperlukan agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh udang, yaitu jumlah pakan disesuaikan dengan ukuran dan umur udang yang dipelihara. c. Kapur dan pupuk Pengapuran dan pemupukan dilakukan pada saat persiapan kolam. Pengapuran dilakukan jika tanah dasar kolam bereaksi masam (pH < 6,0) dengan cara dan dosis yang tepat agar tidak merugikan kehidupan udang galah. Pengapuran dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah dasar kolam menjadi netral (pH 7,0) dan dapat berfungsi sebagai desinfektan. Dosis pengapuran harus disesuaikan dengan kondisi pH tanah dasar dan jenis kapur yang digunakan. Jenis kapur yang digunakan dapat berupa kapur sirih, kapur tohor, kapur tembok dan kapur karbonat/kapur giling. Pada Tabel 6. berikut ini dicantumkan dosis pengapuran kolam per ha. Tabel 6. : Keperluan Jumlah Kapur Per Ha untuk Meningkatkan pH Tanah Menjadi 7 pH Tanah Kapur Giling (kg) Kapur Tembok Kapur Sirih (kg) 4,00 1690 1610 1130 4,50 1500 1430 1020 5,00 1130 1050 720 5,50 750 720 530 6,00 380 340 270 6,50 sedikit sedikit sedikit 7,00 - - - Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang larut dalam air guna mendorong pertumbuhan fitoplankton yang merupakan pakan alami udang galah, dan pelindung udang dari terik sinar matahari. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik (kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). Penggunaan pupuk organik lebih baik daripada pupuk anorganik karena dapat terhindar dari efek samping bahan-bahan kimia; aman bagi lingkungan, dan menjaga kesuburan dasar kolam dalam jangka waktu lama. Jumlah pupuk yang digunakan tergantung pada tingkat kesuburan kolam. Pemupukan dilakukan pada air kolam, bukan dasar kolam karena dapat membahayakan kehidupan udang yang dipelihara. Dosis pemupukan awal untuk penyuburan dasar kolam adalah 100 kg/1.000m2 kolam. Untuk pupuk organik pemupukan dilakukan dengan melarutkan pupuk dalam ember, kemudian air yang telah mengandung pupuk di-percikkan secara merata di permukaan air kolam. Sedangkan untuk pupuk anorganik pemupukan dapat dilakukan dengan: a) ditebarkan ke seluruh permukaan dasar kolam ketika kolam diairi setinggi sekitar 10 cm atau b) dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berlubang halus dan dicelupkan ke dalam air kolam di dekat pintu pemasukan air agar pupuk larut secara bertahap. Dosis pemupukan lanjutan adalah 20 kg/1.000m2 kolam. d. Pemberantasan hama dan penyakit Hama yang sering menyerang udang galah adalah predator dan ikan. Predator dalam budidaya udang galah antara lain adalah lele, gabus, betok, betutu, anjing-anjing air, belut dan ular serta ikan-ikan penyaing pakan seperti tawes, nila, mujair, dan ikan mas. Sedangkan kepiting adalah hewan yang dianggap sebagai pengganggu atau perusak karena melubangi pematang kolam. Untuk mencegah masuknya hewan-hewan tersebut, pada saluran air dapat dipasang saringan dan di sekeliling pematang dipasang net setinggi 60 cm. Cara lain adalah dengan penggunaan obat kimiawi seperti saponin (11-18 ppm), rotenan (0,2 ppm) atau chemfish (4 ppm). Untuk mencegah masuknya hama seperti musang air dan ular maka sekitar kolam harus bersih dari rumpun tanaman dan belukar. Penyakit merupakan salah satu faktor pembatas keberhasilan pembenihan udang galah. Penyakit yang banyak menyerang udang galah adalah black spot, yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan jamur. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian dan menurunkan mutu udang galah. Untuk mencegah terjadinya serangan bakterial perlu adanya “Chlorinisasi” media dan pengeringan fasilitas selama 7 hari, jika sudah terserang pengobatannya menggunakan Furozolidone dengan dosis 11-13 ppm, dengan cara perendaman selama 3 hari. Selain itu Obat yang dipergunakan untuk mencegah penyakit ini adalah obat anti bakterial yang diberikan secara oral melalui pakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar