Selasa, 18 September 2012

Teknik Memeriksa Benur Yang Berkualitas Baik Makanan udang merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Oleh karena itu ada beberapa persyaratan yang secara teknis harus memperoleh penanganan secara khusus yaitu : • Aspek Kimia, yaitu persyaratan kandungan nutrisi makanan yang meliputi protein, karbohidrat, lemak. vitamin dan mineral. • Aspek Fisik Makanan, yaitu bentuk dan ukuran makanan, ketahanan dalam air, dan tekntk pengepakan. • Aspek Biologis, yaitu nilai konversi makanan atau perbandingan jumlah makanan yang di konsumsi dengan kemampuan makanan yang di konsumsi dapat meningkatkan berat tubuh udang. • Aspek Ekonomis, yaitu kelayakan harga ditinjau dari segi kualitas inaupun nilai makanan. Maka untuk dapat menjamin kelayakan kualitas, makanan udang perlu diuji terlebih dahulu. Makanan udang yang di berikan harus memenuhi syarat antara lain : o Makanan udang harus mempunyai aroma yang disukai oleh udang. Caranya ialah dengan memberi atraktan yang dapat membuat udang tertarik pada makanan tersebut. o Makanan udang harus tenggelam, sebab udang galah umumnya mencari makanan di dasar kolam. o Daya tahan makanan udang dalam air minimal 5 jam. Meramu Makanan Udang Tabei 1. Spesifikasi Nutrisi Makanan Udang Karekteristik Diet I Diet II Diet III Diet IV Bahan Baku Makanan Udang Untuk meramu makanan udang pertama kali yang harus dipahami adalah mengenal bahan baku makanan udang. Bahan baku makanan udang, dapat digolongkan menjadi dua kelompok yakni: 1. Bahan baku makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan memrupakan sumber karbohidrat vang mengandung serat kasar tinggi maka jumlah penggunaannya relalif terbatas, sebab udang tidak efisien mencerna bahan baku golongan ini. 2. Bahan baku makanan yang berasal dari hewan merupakan sumber protein dan asam amino yang relatif cukup lengkap, dan rata-rata serat kasar yang dikandungnya relatif rendah. Penyusunan komposisi makanan udang tidak sekedar mengandalkan bahan baku makanan kedua golongan tersebut, juga sangat diperlukan makanan tambahan (feed suplement) produk pabrik yang kaya vitamin, mineral dan anti biotika. Komposisi feed suplement yang digunakan secara umum dalam penyususnan makanan udang, dikenal ada tiga macam yaitu : 1. Feed Suplement yang mengandung komposisi multi vitamin dan mineral, yang berfungsi untuk melengkapi komposisi makanan udang dari beberapa bahan baku makanan yang digunakan. 2. Feed suplement yang mengandung komposisi multi vitamin dan antibiotika yang berfungsi untuk melengkapi kekurangan vitamin, serta meningkatkan efisiensi penyerapan zat-zat makanan oleh udang dari makanan yang dikonsumsi. 3. Feed suplement yang mengandung komposisi vitamin, mineral dan anti biotik yang berfungsi untuk melengkapi kekurangan vitamin dan mineral juga meningkatkan efisiensi penyerapan zat-zat makanan oleh udang dan makanan yang dikonsumsi. Penggunaan feed suplement dalam komposisi makanan udang takarannya adalah 20-30 gr untuk komposisi 100 kg. Potensi Bahan Baku Beberapa bahan baku baik sumber karbohidarat maupun sumber protein yang banyak dipasarkan dan mudah diusahakan adalah: 1. Tepung Ikan, bahan baku makanan udang yang mempunyai kandungan protein tinggi. 2. Tepung Bulu Unggas, merupakan bahan baku makanan yang sering digunakan sebagai substitusi sebagian penggunaan tepung ikan. Tepung bulu unggas mempunyai / memiliki kandungan protein lebih tinggi dari pada tepung ikan, tetapi kurang disukai udang. Penggunaan tepung bulu unggas melalui proses hidrolisis atau pemasukan suhu dan tekanan uap 15 – 20 kg selama 30 menit, kemudian dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Penggunaan tepung bulu unggas dan tepung susu merupakan paduan yang serasi untuk makanan udang. 3. Tepung Paging Bekicot, merupakan bahan baku makanan yang sangat potensial, terutama untuk subtitusi kelangkaan tepung ikan. 4. Tepung Rese (Kulit dan Kepula Udang), merupakan bahan baku makanan yang cukup potensial karena selain kandungan proteinnya tinggi, juga sebagai sumber mineral. Tetapi kandungan serat kasamya juga cukup tinggi, maka penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 8 kg untuk 100 kg komposisi makanan. 5. Tepung Darah, merupakan bahan baku makanan yang mempunyai kandungan protein cukup tinggi, khususnya sebagai sumber asam amino lisin. 6. Susu Bubuk, merupakan bahan baku makanan yang memiliki kandungan protein cukup tinggi. Umumnya digunakan untuk komposisi udang Diet 1. 7. Jagung Ragi merupakan bahan baku makanan inovasi dan altematif. Jagung sebagai sumber karbohidrat kurang memiliki potensi tetapi kaya provitamin A yang sangat baik untuk pertumbuhan udang. 8. Tepung Gaplek, merupakan bahan baku makanan yang tergolong penting, meskipun kandungan proteinnya rendah. Tepung gaplek berfungsi sebagai perekat dalam pembuat makanan udang bentuk Crumbles dan Pellet. 9. Bungkil Kelapa, merupakan bahan baku makanan udang yang cukup potensial. Kelemahannya mudah tengik dan serat kasamya cukup tinggi. Bungkil kelapa umumnya digunakan, bila dalam kondisi kondisi makanan udang yang tidak menggunakan bungkil kedelai. 10. Bungkil Kedelai, merupakan bahan baku makanan yang potensial, terutama bila dikombinasikan dengan bungkil kedelai dan jagung ragi. 11. Tepung Daun Lantoro, bahan baku yang mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi. 12. Tepung daun Turi, bahan baku makanan yang memiliki kandungan protein cukup tinggi, sebagai sumber vitamin A. 13. Tepung Tulang, bahan baku makanan udang yang mengandung mineral kalsium dan fhosfor. Tabel 2. Daftar Analisis Kadar Bahan Baku Makanan Udang. Bahan Baku Makanan Protein (%) Lemak (%) Serat Kasar % Energi (Klal/Kg) Sumber : Buletin Mina Diklat Belawan Teknik Pembenihan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) 13/02/04 – Informasi: Teknologi-dkp.go.id Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Permintaan pasarnya pun semakin meningkat, sedangkan penangkapan udang galah di alam semakin sulit sehingga perlu dikembangkan usaha pembudidayaannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan benih dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan pembenihan. BIOLOGI Udang galah termasuk famili Palamonidae dengan species Macrobrachium rosenbergii. Badan udang terdiri atas 3 bagian : kepala dan dada (Cephalothorax), badan (Abdomen) serta ekor (Uropoda). Cephalothorax dibungkus oleh kulit keras, di bagian depan kepala terdapat tonjolan karapas yang bergerigi disebut rostrum pada bagian atas sebanyak 11-13 buah dan bagian bawah 8-14 buah. Pada udang jantan pasangan kaki jalan kedua tumbuh panjang dan cukup besar dapat mencapai 1,5 kali panjang badan, Sedangkan pada betina relatif kecil. Udang galah hidup pada dua habitat, pada stadia larva hidup di air payau dan kembali ke air tawar pada stadia juvenil hingga dewasa. Pada stadia larva perubahan metamorfose terjadi sebanyak 11 kali dan berlangsung selama 30-35 hari. Udang galah bersifat omnivora, cenderung aktif pada malam hari. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi JI. Selabintana No. 17 Sukabumi Kotak Pos 67 Telp. (0266) 225211, 225240, Fax. (0266) 221762 http://bbat-sukabumi.tripod.com Email : bbat@sukabumi.wasantara.net.id Teknik Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de man) Desember 30, 2007 in budidaya Rate This 18/02/04 – Informasi: Teknologi-dkp.go.id Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de man) adalah komoditas perikanan air tawar yang merupakan salah satu kekayaan perairan Indonesia. Selain mempunyai ukuran terbesar dibandingkan dengan udang air tawar lainnya juga mempunyai nilai ekonomis penting karena sangat digemari konsumen baik didalam maupun diluar negeri terutama di Jepang dan beberapa negara Eropa. Oleh karena itu udang galah menjadi salah satu andalan komoditas ekspor. PEMBESARAN Sarana dan Fasilitas Jenis tanah yang cocok untuk pemeliharaan udang galah adalah tanah yang sedikit berlumpur dan tidak porous. Luas kolam yang digunakan dapat bervariasi antara 0,2 – 1,0 Ha, sebaiknya berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman kolam antara 0,5 – 1,0 m. Dasar kolam harus rata dan dibuat kemalir ( caren ) secara diagonal dari saluran pemasukan sampai kesaluran pembuangan, hal ini untuk memudahkan pemanenan. Kualitas air yang masuk ke kolam harus baik dan bebas dari polusi. Pengelolaan Kolam Sebelum ditanami udang galah kolam sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu secara baik dengan cara : • Kolam dikeringkan terlebih dahulu kemudian dicangkul untuk menggemburkan dan dibiarkan selama 3 – 5 hari. • Untuk memberantas hama dan penyakit dasar kolam diberi kapur dengan dosis 50 – 100 gr/m2, kapur dicampur dengan air kemudian disebarkan secara merata keseluruh permukaan dasar kolam dan dibiarkan selama 2 – 3 hari. • Kolam diisi air sampai mencapai kedalaman yang sudah ditentukan kemudian diberi pupuk organik berupa kotoran ayam sebanyak 500 grlm2 maksudnya untuk menumbuhkan pakan alami. Teknik pemeliharaan Benih udang yang siap dipelihara di kolam adalah benih udang stadia juvenil atau tokolan. Pemeliharaannya dapat dilakukan dengan dua cara : • Monokultur Pemeliharaan secara monokultur adalah pemeliharaan udang di kolam tanpa dicampur dengan ikan lain. Padat penebaran sebanyak 5 – 10 ekor/m2 bila pemberian pakan tidak intensif dan 20 – 30 ekor/m2 dengan pemberian pakan secara intensif. • Polikultur Pemeliharaan secara polikultur adalah pemeliharaan udang di kolam disatukan dengan ikan lainnya, adapun yang dapat dibudidayakan dengan udang adalah ikan mola, ikan tawes, ikan nilem, dan ikan big head. Padat penebaran udang galah sebanyak 1 – 5 ekor/m2 sedangkan padat penebaran ikan 5 – 10 ekor/m2 ukuran 5 – 8 cm. Selama pemeliharaan dapat dilakukan pemupukan susulan setiap 2 – 3 minggu berupa urea 3 – 5 kg dan TSP 5 – 10 kg /Ha kolam. Pemberian Pakan Selain makanan alami selama pemeliharaan udang galah perlu diberikan pakan tambahan berupa pelet udang dengan kadar protein 25 – 30% karena makanan alami yang tersedia tergantung pada tingkat kesuburan perairan kolam. Pada pemeliharaan secara monokultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 20% menurun sampai 5% dari berat badan total populasi, dengan frekuensi pemberian 4 – 5 kali sehari, sedangkan pada pemeliharaan secara polikultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 6% menurun sampai 3% dari berat badan total populasi dengan frekuensi pemberian 4 – 5 kali sehari. Pemanenan Pemanenan udang galah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : • Panen Total Panen Total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara total sehingga produksi total dapat segera diketahui, kerugian sistem ini adalah udang yang masih kecil ikut dipanen serta membuang air yang telah kaya dengan organisme dan mineral. • Panen Selektif Panen selektif diiakukan dengan menggunakan jaring tanpa harus mengeringkan kolam, yang tertangkap hanya udang akuran tertentu saja, pemanenan selanjutnya tergantung kepada tingkat pertumbuhan udang. Kerugian sistem ini adalah banyak membutuhkan tenaga dan bila ada ikan predator tidak dapat dibersihkan dari kolam. Predator dan Penyakit • Predator Predator pada pemeliharaan udang galah di kolam adalah beberapa jenis ikan seperti catfish lele lokal) dan Snakehead, burung dan ular. Kepiting merupakan pengganggu juga kerena hewan tersebut melubangi pematang kolam. Untuk mencegah masuknya hewan predator, pada saluran pemasukan air dipasang saringan dan disekeliling pematang dipasang net setinggi 60 cm. • Penyakit Penyakit yang banyak menyerang udang galah adalah ” Black spot ” yaitu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan kemudian diikuti oleh timbulnya jamur, penyakit ini dapat mengakibatkan kematian dan menurunnya mutu udang. Untuk pencegahan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri ini digunakan obat antibakterial yang diberikan secara oral melalui pakan. Kualitas Air Timbulnya penyakit pada udang biasanya disebabkan oleh kualitas air pada kolam kurang baik. Hal ini biasanya diakibatkan oleh padat penebaran yang terlalu baryak, rendahnya kandungan oksigen, pengaruh suhu serta tingginya derajat keasaman (pH) sehingga dapat menimbulkan banyak kematian. Air yang dipakai dalam pembesaran udang galah di kolam sebaiknya bebas dari polusi dengan kandungan oksigen lebih dari 7 mg/l, suhu optimum 27 – 30 °C, derajat keasaman (pH) 7,0 – 8,5 dan kesadahan total antara 40 – 150 mg/l. Dalam usaha budidaya, benih merupakan faktor penentu dan mutlak harus disediakan. Untuk memenuhi pangsa pasar di luar maupun dalam negeri, diperlukan kesinambungan produksi dan ketersediaan suplai benih yang memenuhi syarat baik kuantitas maupun kualitas. Pemilihan Lokasi Untuk menentukan lokasi backyard hatchery udang skala rumah tangga tentu saja berbeda dengan hatchery skala besar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi adalah : 1. Mudah memperoleh air tawar yang bersih, jernih, dan bebas dari limbah 2. Tersedia aliran listrik selama 24 jam 3. Tanah dasar bak cukup stabil 4. Dekat dengan pemasok nauplius, pakan, dan daerah pemasaran. Sarana Kelengkapan sarana yang diperlukan untuk kebutuhan backyard hatchery udang galah adalah : 1. Bak pemeliharaan larva dari fiberglass atau semen dengan kapasitas 2-8 ton 2. Bak kultur plankton berkapasitas 5-10 ton 3. Wadah penetasan artemia 4. Blower (sumber aerasi) 5. Peralatan lapangan (pompa, blender, saringan pakan, ember, gayung) Seleksi Induk Beberapa persyaratan untuk mendapatkan induk yang baik : 1. Ukuran induk betina dan jantan minimal 50 gram 2. Jumlah telur cukup memadai 3. Organ tubuh lengkap, bebas dari kotoran maupun organisme yang bersifat patogen 4. Umur induk antara 8-16 bulan Pemijahan Udang galah memijah sepanjang tahun, biasanya terjadi pada malam hari. Induk betina yang siap memijah dapat dilihat dari gonadnya yang berwarna kemerahan (merah oranye) menyebar ke seluruh bagian gonad sampai ke bagian kepala. Seblum pemijahan, udang betina terlebih dulu akan berganti kulit. Setelah keadaannya pulih kembali maka akan segera terjadi proses pemijahan. Pemijahan dapat dilakukan di bak beton atau fiber glass dengan padat tebar 4 ekor/m2 . Perbandingan induk jantan dan betina 1:3. Selama proses pemijahan induk diberi pakan cumi-cumi dengan dosis 3% per hari dari berta biomas dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. Lama pemijahan 21 hari. Penetasan Telur Induk yang sudah matang telur dilakukan seleksi kemudian di treatment dengan larutan PK (Kalium permanganat) 15 ppm dengan cara perendaman selama 25 menit. Bak penetasan yang digunakan berkadar garam 5 ppt, padat penebaran induk 20 ekor/m2 . Selama penetasan telur, induk diberi pakan berupa cacahan cumi-cumi sebanyak 5% dari berat biomas. Telur akan menetas dalam waktu 6-12 jam. Kemudian larva dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan. Pemeliharaan Larva Pemeliharaan larva udang galah dapat dilakukan pada bak fiber glass kerucut atau bak beton yang sudagh dibersihkan dari kotoran dan dicuci dengan menggunakan larutan kaporit 10 ppm. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pemeliharaan larva tersebut antara lain kualitas air dan pemberian pakan baik pakan alami maupun pakan adonan yang disesuaikan dengan bukaan mulut larva. Kepadatan larva yang ditebar 50 ekor/liter. Pakan berupa nauplius artemia diberikan pagi dan sore hari pada hari ke-3. Pada hari yang sama diberikan juga pakan adonan sampai menjadi post larva dengan frekuensi pemberian 8 kali/hari. Penggantian air dilakukan setiap hari sebanyak 20-30%, pada hari ke 10 mulai dilakukan penyiphonan kotoran pada dasar bak. Kadar garam media pemeliharaan larva 10 ppt. Setelah seluruh larva menjadi juvenil, kadar garam diturunkan secara bertahap samp[ai 0 ppt, grading mulai dilakukan setelah larva berumur 30 hari, lalu pada hari ke 45 juvenil siap untuk dipasarkan. Pencegahan Penyakit Selama periode pemeliharaan larva, sering terjadi serangan penyakit bakterial yang berasal dari laut yakni Vibrio sp. dengan tanda-tanda stress. Lalu terjadi kematian massal dalam waktu yang singkat. Untuk mencegahnya, perlu dilakukan chlorinasi media dan pemgeringan bak serta fasilitas lain selama seminggu. Seandainya sudah terjangkit penyakit tersebut pada larva yang dipelihara maka dapat digunakan Furazolidon dengan dosis 10-15 ppm. Analisa Usaha Untuk membangun backyard hatchery udang galah, dapat digunakan bak dari kayu yang dilapisi plastik dengan volume 6-8 ton sehingga biayanya tidak terlalu besar. Biaya pengeluaran yang lain adalah pengadaan sarana lapangan dan biaya operasional. Jika perkiraan dalam 1 tahun dapat diproduksi 7 siklus dengan SR 30%, maka dapat dihasilkan benih udang galah sejumlah 420.000 ekor dengan harga Rp. 45,- akan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 18.900.000,- . Bila dikurangi dengan biaya investasi dan biaya operasional sebesar Rp. 8.000.000,- masih diperoleh keuntungan sejumlah Rp. 10.900.000,- per tahun. Jadi, kegiatan usaha ini masih cukup layak sebagai usaha sampingan. Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya – Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara Aspek Produksi,BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN UDANG GALAH Januari 20, 2008 in udang galah Untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan pada pembudidayaan udang galah, pada Diagram Alir 2. berikut ini ditampilkan tahapan kegiatan yang dilakukan dalam rangka memproduksi udang galah konsumsi ukuran medium. Teknologi Pembudidayaan udang galah terdiri atas beberapa tahapan teknologi budidaya, yaitu teknologi pembenihan, pendederan dan pembesaran. Untuk mendukung budidaya pada berbagai tahapan diperlukan teknologi lain, misalnya, teknologi pakan dan nutrisi, pengendalian hama penyakit, pengelolaan kualitas air dan teknologi panen dan pasca panen serta pemasaran (Kartamiharja dkk, 2001). Mengingat buku ini hanya membahas mengenai pendederan dan pembesaran maka berikut ini akan dijelaskan mengenai teknologi pendederan dan pembesaran sebagaimana dijelaskan oleh Kartamiharja dkk. a. Teknologi pendederan. Teknologi pendederan pasca larva atau sering disebut pentokolan terdiri dari 2 pilihan yaitu: 1. Teknologi pendederan indoor dengan menggunakan sistem air tersirkulasi. 2. Teknologi pendederan outdoor dengan menggunakan kolam tanah, sawah dan karamba jaring apung (KJA). Tujuan dari pendederan adalah : 1. Mempersiapkan benur menjadi benih udang siap tebar (tokolan) untuk meningkatkan survival rate di kolam pembesaran. 2. Memperpendek waktu pembesaran sehingga produk yang dihasilkan memenuhi ukuran konsumsi dan seragam. 3. Menekan pemborosan benur. b. Teknologi pembesaran Pembesaran udang galah dapat dilakukan dengan sistem monokultur atau polikultur, dengan teknologi antara lain sebagai berikut : 1. Teknologi pembesaran di kolam dengan persyaratan teknis tertentu 2. Teknologi pembesaran di sawah tambak yang merupakan perairan pasang surut (contoh di wilayah Bengawan Solo, Jawa Tengah).Dengan teknologi ini udang galah dapat dibudidayakan secara polikultur dengan ikan lain misalnya tawes dan bandeng. 3. Teknologi pembesaran di tambak darat yang mempunyai kadar garam kurang dari 10 permil. Persyaratan teknisnya hampir sama dengan pembesaran udang galah di kolam, namun yang perlu diperhatikan adalah proses aklimatisasi benih udang dari air tawar ke sedikit payau. Lokasi Usaha Udang galah merupakan komoditas perikanan air tawar yang dalam pembudidayaannya memerlukan beberapa persyaratan dalam hal pemilihan lokasi kolam dan lingkungannya. Untuk lokasi, persyaratan utamanya adalah ketinggian, jenis tanah dan adanya air mengalir. Secara lengkap persyaratannya adalah sebagai berikut: a. Syarat lokasi: - Ideal di dataran rendah dengan ketinggian ¬ 400 M Dpl - Tanah lumpur berpasir - Terdapat sumber air mengalir - Bebas banjir - Bebas dari pencemaran - Keamanan terjamin - Mudah dijangkau b. Syarat lingkungan: - pH : 7-8 - Salinitas : 0-5 permil (namun sebaiknya air tawar) - Tinggi genangan : 80-120 cm - Temperatur air : 26°C-30°C - Kecerahan air : 25-45 cm - Oksigen terlarut : 5-7 ppm - Karbondioksida : 2-12 ppm - Amoniak (NH3) : < 2 ppm Fasilitas Produksi dan Peralatan a. Kolam Bentuk kolam untuk budidaya udang galah sebaiknya memanjang sesuai aliran air masuk dan keluar. Hal ini akan bermanfaat terhadap peng-gantian air yang sempurna sehingga kandungan oksigen di dalam air akan tetap tinggi selama pemeliharaan. Ukuran kolam yang ideal adalah lebar maksimum 20 m dan panjang 50 m atau luas maksimal 1000 m2. Ukuran lebar ideal akan memudahkan dalam pemberian pakan, karena pakan udang dapat ditebar secara merata dari pinggir sampai ke tengah kolam. Hal tersebut sangat penting agar pendistribusian pakan dapat optimal karena udang galah hidup merayap dan tersebar ke seluruh dasar kolam. Selain itu, kolam mudah dikeringkan pada saat pemanenan. Dasar kolam sebaiknya tanah berpasir dan diusahakan agar jumlah lumpur sesedikit mungkin. Hal ini untuk mencegah terjadinya pembusukan bahan organik sisa pakan atau kotoran udang yang dapat menimbulkan racun dan menyebabkan udang yang dipelihara mabuk atau stress. b. Pematang Pematang atau tanggul pembatas kolam harus dibuat kokoh dan kuat agar tidak longsor dan bocor. Lebar bagian atas dari pematang sebaiknya tidak kurang dari 1 m. Untuk memudahkan pengelolaan kolam, maka perbandingan antara sisi tegak dan sisi mendatar adalah 1 : 2 untuk tanah lempung dan minimal 1 : 1 untuk tanah berpasir. c. Shelter Udang galah selama hidupnya mengalami beberapa kali molting, dan pada saat itu udang galah berada pada kondisi yang paling lemah. Di sisi lain udang galah juga mempunyai sifat kanibal. Dengan demikian udang galah yang sedang molting perlu shelter yang diberikan merata di sekeliling kolam, agar udang galah terhindar dari kejaran udang yang sehat yang dapat memangsanya. Luas shelter sebaiknya kurang lebih 20% dari luas kolam. Shelter dapat dibuat dari pelepah daun kelapa atau pucuk pohon bambu yang telah dibuang daunnya atau anyaman bambu. Shelter diambangkan di dalam kolam, diikatkan pada patok bambu/kayu dengan kedalaman 40 cm dari dasar kolam. Foto 3. berikut ini menampilkan kolam dengan shelter berupa daun kelapa sedangkan shelter pada Foto 4. terbuat dari bambu yang dibentuk seperti kerangka bangunan. Foto 3. dan 4. Kolam Pembudidayaan Udang Galah Dengan Shelter. Sumber : Foto 3. Khulusiniah, Biro Kredit-Bank Indonesia, dan Foto 4. Fauzan Ali, Puslit Limnologi LIPI. d. Lubang penangkapan Pada saat panen, udang harus dapat ditangkap dengan mudah, sehingga perlu dibuat lubang penangkapan yang disambung dengan selokan kecil (caren) memanjang di tengah kolam. Ukuran lubang penangkapan adalah panjang 2 m, lebar 3 m dan tinggi 0,75 m, sedangkan lebar caren adalah 0,5 m dengan kedalaman 0,4 m. Dengan adanya lubang penangkapan ini, udang yang akan dipanen akan terkumpul di dalamnya melalui caren. e. Aerasi Aerasi adalah upaya untuk menambah oksigen terlarut di dalam air. Kebutuhan oksigen untuk udang galah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan. Semakin padat udang galah yang dibudidayakan di kolam, semakin tinggi kelarutan oksigen yang diperlukan. Apabila debit air kurang mencukupi maka untuk memperkaya kelarutan oksigen, dilakukan aerasi dengan menggunakan kincir air. Apabila debit air cukup maka aerasi dilakukan dengan sistem air kolam yang mengalir. f. Peluap dan drainase Peluap diperlukan untuk mengatur tinggi permukaan air di kolam agar kedalamannya sesuai dengan yang diharapkan dan juga tidak terjadi over topping yang dapat merusak pematang. Lubang drainase digunakan untuk membuang kelebihan air di kolam, karena kolam yang ideal adalah yang selalu ada aliran masuk dan keluar selama 24 jam. Lubang drainase ini dapat dibuat dari pipa tanah liat (hong) yang menembus pematang menuju saluran drainase, kemudian disambung dengan pipa PVC vertical sebagai peluap dengan sambungan berbentuk “L” (siku) yang sewaktu-waktu dapat dilepas untuk mengurangi atau mengeringkan air saat udang dipanen. Perkakas dan peralatan yang diperlukan oleh pembudidaya udang galah secara semi intensif di Kabupaten Sleman, DIY cukup sederhana dan tidak terlalu bervariasi. Perkakas dan peralatan tersebut antara lain meliputi seser bulat, seser kotak, cangkul, jala, drum plastik, kelambu/jaring hapa, keranjang, timbangan sampling dan timbangan gantung. Foto 5. berikut ini menampilkan jaring yang digunakan untuk memanen. Foto 5 dan 6 : Jaring yang Digunakan untuk Memanen Sumber: Khulusiniah, Biro Kredit – Bank Indonesia. Sarana Produksi a. Benih Pembudidaya udang galah harus memperhatikan mutu benih yang akan ditebar, karena mutu menentukan laju pertumbuhan selama pembesaran di kolam. Ciri-ciri benih bermutu : (1). Murni monospecies (Macrobrachium Rosenbergii); (2). Sama umur dan ukuran; (3). Tidak cacad fisik (kelainan bentuk); (4). Bereaksi cepat terhadap rangsangan cahaya/mekanik dan bergerak aktif; (5). Bebas dari penyakit (jamur, parasit, bakteri dan virus); (6). Cepat tumbuh. Jumlah benur yang disediakan perlu mempertimbangkan tingkat kematian (mortalitas) selama adaptasi dan pemeliharaan. Angka survival rate dari benur sampai tokolan ± 50%, sedangkan dari tokolan sampai udang konsumsi ± 50% – 75%. Sebelum ditebar di kolam untuk pendederan, benur terlebih dahulu diaklimatisasi agar tidak stress karena perubahan secara mendadak, terutama perubahan suhu karena benur lebih peka terhadap perubahan suhu daripada udang galah dewasa. Aklimatisasi dilakukan dengan cara merendam kantung benur ke dalam kolam selama ±15 menit, kemudian kantong dibuka untuk penyesuaian dengan suhu udara selama ±15 menit sambil diperciki air kolam sedikit demi sedikit. Setelah beberapa saat baru kantong benur ditumpahkan ke dalam kolam secara perlahan dan hati-hati. Diusahakan agar benur berenang keluar dari kantong ke kolam dengan sendirinya. Perbedaan suhu 1-2°C dianggap cukup aman bagi benur untuk ditebar ke kolam. Benih udang galah telah dihasilkan oleh hatchery baik milik rakyat (swasta) yang disebut Unit Pembenihan Udang Galah (UPUG) maupun milik pemerintah yang disebut Balai Benih Udang Galah (BBUG). Berdasarkan data statistik tahun 2001 produksi benih di Indonesia masih terbatas. Di Jawa Barat hanya terdapat satu UPUG dengan total produksi benur 300.000 ekor pertahun, di Jawa Tengah terdapat tujuh UPUG dengan produksi benur mencapai 11.809.000 ekor per tahun, di Bali terdapat sembilan UPUG dengan total produksi benur sebanyak 7.786.000 ekor per tahun. Sementara itu unit pembenihan di Jawa Timur dalam kondisi tidak berproduksi. Jumlah unit pembenihan udang galah tersebut belum mampu memenuhi permintaan benur untuk pembesaran. Sebagai contoh di Bali kebutuhan benur baru terpenuhi 20% dari permintaan. b. Pakan Pakan memegang peranan yang penting dalam budidaya udang galah. Pemberian pakan yang berkualitas baik dan dalam takaran yang tepat dapat mendukung keberhasilan panen udang galah. Pemberian pakan yang berkualitas jelek dan dalam jumlah yang kurang akan mengakibatkan pertumbuhan udang tidak maksimal dan meningkatkan sifat kanibalisme. Dilain pihak pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan pemborosan dan pakan yang tidak terkonsumsi akan membusuk di dasar kolam yang mengakibatkan lingkungan kolam menjadi tidak sehat dan berdampak buruk pada pertumbuhan udang galah. Pakan udang galah terdiri dari dua jenis, yaitu pakan alami berupa fitoplankton dan pakan buatan berupa pelet. Fitoplankton ditumbuhkan melalui pemupukan dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang) dan anorganik (Urea, TSP). Pemupukan perlu dilakukan secara periodik sesuai dengan kepadatan fitoplankton yang diinginkan. Pakan buatan yang digunakan harus mengandung kadar protein yang cukup dan bermutu bagi pertumbuhan udang galah, selain itu harus mengandung cukup vitamin dan mineral guna menambah daya tahan tubuh dan menghindari penyakit malnutrisi. Pakan juga harus memenuhi persyaratan fisik yang diperlukan agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh udang, yaitu jumlah pakan disesuaikan dengan ukuran dan umur udang yang dipelihara. c. Kapur dan pupuk Pengapuran dan pemupukan dilakukan pada saat persiapan kolam. Pengapuran dilakukan jika tanah dasar kolam bereaksi masam (pH < 6,0) dengan cara dan dosis yang tepat agar tidak merugikan kehidupan udang galah. Pengapuran dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah dasar kolam menjadi netral (pH 7,0) dan dapat berfungsi sebagai desinfektan. Dosis pengapuran harus disesuaikan dengan kondisi pH tanah dasar dan jenis kapur yang digunakan. Jenis kapur yang digunakan dapat berupa kapur sirih, kapur tohor, kapur tembok dan kapur karbonat/kapur giling. Pada Tabel 6. berikut ini dicantumkan dosis pengapuran kolam per ha. Tabel 6. : Keperluan Jumlah Kapur Per Ha untuk Meningkatkan pH Tanah Menjadi 7 pH Tanah Kapur Giling (kg) Kapur Tembok Kapur Sirih (kg) 4,00 1690 1610 1130 4,50 1500 1430 1020 5,00 1130 1050 720 5,50 750 720 530 6,00 380 340 270 6,50 sedikit sedikit sedikit 7,00 - - - Sumber : Demetra, E.M. System Soil Tester Tokyo, Japan dalam Petunjuk Teknis Pengoperasian Unit Usaha Pembesaran Udang Galah. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang larut dalam air guna mendorong pertumbuhan fitoplankton yang merupakan pakan alami udang galah, dan pelindung udang dari terik sinar matahari. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik (kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). Penggunaan pupuk organik lebih baik daripada pupuk anorganik karena dapat terhindar dari efek samping bahan-bahan kimia; aman bagi lingkungan, dan menjaga kesuburan dasar kolam dalam jangka waktu lama. Jumlah pupuk yang digunakan tergantung pada tingkat kesuburan kolam. Pemupukan dilakukan pada air kolam, bukan dasar kolam karena dapat membahayakan kehidupan udang yang dipelihara. Dosis pemupukan awal untuk penyuburan dasar kolam adalah 100 kg/1.000m2 kolam. Untuk pupuk organik pemupukan dilakukan dengan melarutkan pupuk dalam ember, kemudian air yang telah mengandung pupuk di-percikkan secara merata di permukaan air kolam. Sedangkan untuk pupuk anorganik pemupukan dapat dilakukan dengan: a) ditebarkan ke seluruh permukaan dasar kolam ketika kolam diairi setinggi sekitar 10 cm atau b) dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berlubang halus dan dicelupkan ke dalam air kolam di dekat pintu pemasukan air agar pupuk larut secara bertahap. Dosis pemupukan lanjutan adalah 20 kg/1.000m2 kolam. d. Pemberantasan hama dan penyakit Hama yang sering menyerang udang galah adalah predator dan ikan. Predator dalam budidaya udang galah antara lain adalah lele, gabus, betok, betutu, anjing-anjing air, belut dan ular serta ikan-ikan penyaing pakan seperti tawes, nila, mujair, dan ikan mas. Sedangkan kepiting adalah hewan yang dianggap sebagai pengganggu atau perusak karena melubangi pematang kolam. Untuk mencegah masuknya hewan-hewan tersebut, pada saluran air dapat dipasang saringan dan di sekeliling pematang dipasang net setinggi 60 cm. Cara lain adalah dengan penggunaan obat kimiawi seperti saponin (11-18 ppm), rotenan (0,2 ppm) atau chemfish (4 ppm). Untuk mencegah masuknya hama seperti musang air dan ular maka sekitar kolam harus bersih dari rumpun tanaman dan belukar. Penyakit yang banyak menyerang udang galah adalah black spot, yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan jamur. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian dan menurunkan mutu udang galah. Obat yang dipergunakan untuk mencegah penyakit ini adalah obat anti bakterial yang diberikan secara oral melalui pakan. Tenaga Kerja Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk budidaya udang galah ditentukan oleh pola teknologi yang diterapkan dan besarnya skala usaha. Kebutuhan jenis tenaga kerja untuk budidaya udang galah secara semi intensif di Kabupaten Sleman, DIY adalah sebagai berikut: a. Tenaga kerja yang mempunyai keahlian mengenai pakan, penyakit dan hama. b. Tenaga kerja kasar antara lain untuk mengatur air, pakan, mesin/pompa, dan memanen. c. Tenaga kerja untuk menjaga keamanan lingkungan kolam. Untuk meningkatkan semangat dan tanggung jawab tenaga kerja terhadap kolam yang digarapnya, beberapa pemilik kolam di Kabupaten Sleman, DIY memberikan insentif berupa pembagian keuntungan bersih hasil usaha setiap panen kepada tenaga kerjanya. Cara ini dipandang efektif dalam meningkatkan produktivitas kolam, karena berdasarkan pengalaman, tenaga kerja akan bekerja lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam menggarap kolam dan ikut serta menjaga keamanan kolam. Masalah Produksi Udang Galah Dalam budidaya udang galah ditemukan berbagai permasalahan antara lain: 1. Teknis Budidaya Berbeda dengan memelihara ikan, pemeliharaan udang galah memerlukan lingkungan yang spesifik untuk tempat hidupnya. Kolam perlu didisain dengan dasar dan sedimen yang cocok dan sehat karena udang galah adalah hewan yang merangkak di dasar habitatnya. Kedalaman air, pemberian shelter tempat berlindung udang, sarana caren di dasar kolam, sirkulasi air masuk-keluar harus mendapat perhatian khusus untuk meningkatkan produksi dan kemudahan dalam pemeliharaan. Pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, ukuran dan waktu pemberian seringkali kurang mendapat perhatian khusus dan akibatnya produksi udang tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Tahap persiapan kolam dan pemupukan berkala selama pemeliharaan akan sangat membantu dalam efisiensi pemberian pakan, kestabilan kualitas air dan kompetisi dari hewan air lainnya. Pembudidaya udang galah pemula biasanya menghadapi masalah dalam menentukan waktu panen, menetapkan ukuran udang yang sesuai dengan permintaan pasar, dan mengemas udang pasca panen dengan baik. Terdapat beberapa hal pada saat panen yang harus dihindari agar tidak merugikan pembudidaya, antara lain: 1. Panen dilakukan dengan mengeringkan kolam secara total, karena udang yang masih kecil ikut terpanen dan air yang telah kaya dengan organisme dan mineral terbuang percuma. 2. Panen selektif dengan menggunakan jaring hapa dilakukan tanpa mengeringkan kolam, karena yang tertangkap adalah udang dengan ukuran tertentu. Kerugian yang muncul dengan sistem ini adalah banyak membutuhkan tenaga kerja dan ikan predator tidak dapat dibersihkan dari kolam. 3. Udang galah hasil panen dicampur dengan udang galah yang sedang molting. Udang campuran tersebut mudah rusak sehingga tidak laku dijual ke pengepul. Akibatnya, udang tersebut harus dijual ke konsumen akhir dengan harga yang lebih murah. 2. Variasi Pertumbuhan Tinggi Udang galah mempunyai kekhasan dalam variasi tumbuhnya. Dominasi udang galah yang cepat tumbuh terhadap yang lambat tumbuh merupakan penghambat dalam mengejar produktivitas udang yang akan dipanen. Teknologi seleksi udang pada ukuran tokolan merupakan satu pilihan untuk menghindari masalah tersebut. Udang yang cepat tumbuh dipelihara terpisah dengan udang yang lambat tumbuhnya, sehingga efisiensi pemberian pakan dapat terwujud dan pertumbuhan dapat lebih cepat. 3. Keterbatasan Benih Udang Galah Jaminan pasokan benih yang lancar dan cukup merupakan masalah utama yang sering dihadapi petani. Hal ini terjadi karena kurangnya hatchery dan cara pengoperasionalnya yang belum optimal sebagai akibat keterbatasan induk. Sebagai gambaran pada tahun 2001, permintaan benur udang galah mencapai sekitar 5.000.000 ekor, sementara kapasitas produksi dari hatchery yang ada hanya berkisar 700.000 – 1.000.000 ekor per bulan. Lokasi pemeliharaan udang galah yang jauh dari hatchery merupakan masalah turunan selanjutnya. Konsekuensi dari kedua masalah itu adalah tambahan biaya produksi bagi petani. Kerjasama antar hatchery dan petani pentokolan dan pembesaran perlu digalakkan sehingga permasalahan penyediaan pasokan benih dari hatchery dapat ditangani oleh sekelompok petani pentokol saja. Petani pembesar akan mudah mendapatkan benih dari petani pentokol terdekat. Boks 2. Alamat Lembaga Peminat yang ingin mengetahui lebih jauh atau memperdalam mengenai budidaya udang galah dapat menghubungi lembaga berikut ini: 1. Balai Bimbingan Pengujian Hasil Perikanan Jakarta. Jl. Muara Baru Ujung, Jakarta Utara. Telp. (021) 6695516, 6695593, 6695586, Faks.(021) 6695593 2. Balai Budidaya Air Payau Jepara. Jl. Pemandian Kartini, P.O Box No. 1, Jepara, Jawa Tengah. Telp. (0291) 591125, 591724 3. Loka Budidaya Air Payau Takalar Jl. Desa Bontole, Kec. Galesong Selatan , Takalar, Ujung Pandang 92254, Sulawesi Selatan. Telp. (0411) 320730, Fax. (0411) 858779 4. Loka Budidaya Air Payau Situbondo Divisi Udang : Jl. Raya Betok, P.O Box 4, Mlandingan, Situbondo, Jawa Timur. 5. Loka Budidaya Air Payau Ujung Batee Jl. Krueng Raya Km 16, P.O BOX 46, Banda Aceh, NAD. Telp. (0651) 24686 6. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Jl. Salabintana No. 17 Sukabumi, Jawa Barat. Telp. (0266) 225211, 221762 7. Loka Budidaya Air Tawar Sei Gelam Jambi Desa Sungai Gelam, Kec Kumpueulu, Kab. Muaro Jambi, Jambi 36361. Telp. (0741) 54472, 54468 8. Loka Budidaya Air Tawar Tatelu Jl. Penilih Desa Tatelu, Kec. Dimimbe, Kab. Minahasa, Sulawesi Utara. Telp. (043) 821170, 921171 9. Loka Budidaya Air Tawar Mandiangin Jl. Tahura Selatan Adam Mandiangin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70661 Telp. (0511) 780758, Fax. (0511) 92887 10. Pusat Penelitian Limnologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Komplek LIPI Cibinong, Jl.Jakarta-Bogor Km 46-Cibinong 16911, Telp. (021) 8757071 Sumber: Web Site Forek Indonesia, http://www.forek.or.id/balai-loka.php dan data primer 4. Lokasi Budidaya Terpencar Tapi Dalam Skala Luasan Yang Kecil Mencari lokasi pembesaran udang galah yang luas dengan kriteria sumber air dan kualitas sedimen yang memenuhi syarat lebih sulit dibandingkan lokasi untuk udang windu (tempat pemeliharaannya dipinggir pantai). Lokasi budidaya udang galah yang terpusat pada suatu lokasi yang luas akan dapat meningkatkan efisiensi usaha budidaya. Biaya transportasi benih, transportasi pakan/pupuk dan pemakaian tenaga akan menjadi lebih murah bila dibandingkan dengan kondisi lokasi budidaya yang terpencar di banyak tempat tapi dalam luasan yang kecil. Disamping itu, pengelolaan akan lebih mudah dan efisien serta jaminan produksi untuk skala pasar yang besar dapat terlayani. 5. Belum Ada Studi Skala Usaha Optimum Sampai saat ini belum dilakukan studi untuk skala usaha optimum bagi budidaya udang galah. Akibatnya pembudidayaan yang dilakukan sifatnya hanya disesuaikan dengan luas lahan. Bagi pembudidaya yang memiliki beberapa buah kolam, besarnya keuntungan yang diperoleh tergantung pula pada manajemen pengelolaan kolam yang dimilikinya UDANG GALAH / GIANT FRESH WATER (Macrobrachium rosenbergii de Man.) bagian 1 Nov.23, 2011 in Pengetahuan Umum, Usaha Budidaya Perikanan Tentu kita sering menikmati hidangan laut, baik itu hasil olahan sendiri maupun hidangan restoran maupun rumah makan hidangan laut / Seafood. Salah satu favorit kita adalah udang. Udang memiliki rasa yang gurih yang tajam, sehingga banyak orang menyukai udang sebagai lauk utama. Walau pun untuk harga, udang relatif lebih tinggi di banding menu lain, namun kelezatannya sebanding dengan harganya. Tapi taukah kita bahwa tidak semua udang yang disajikan merupakan hasil laut, bahkan udang-udang tersebut merupakan hasil tambak budidaya para petani udang. Udang sendiri tidak hanya berasal dari air asin di laut namun adapula udang yang yang hidup di air tawar. Salah satu jenis udang yang populer di budidayakan adalah UDANG GALAH. UDANG GALAH merupakan udang air tawar yang memiliki ukuran cukup besar dan rasa UDANG GALAH yang lezat tidak kalah dengan Udang air asin. Sehingga secara nilai ekonomis, UDANG GALAH memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Permintaan akan udang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi kebutuhan pasar akan UDANG GALAH maka dibutuhkan suatu teknik yang dapat memproduksi UDANG GALAH dalam skala yang cukup besar dan waktu yang relatif terukur. Morfologi UDANG GALAH Sebelum membahas lebih lanjut tentang Budidaya UDANG GALAH, perlu diketahui morfologi dari UDANG GALAH. UDANG GALAH masuk dalam famili Palamonidae. Bentuk badan udang terdiri atas 3 bagian : (1) kepala dan dada (Cephalothorax), (2) badan (Abdomen) serta (3) ekor (Uropoda). Kepala (Cephalothorax) dibungkus oleh kulit keras, di bagian depan kepala terdapat tonjolan karapas yang bergerigi disebut rostrum pada bagian atas sebanyak 11-13 buah dan bagian bawah 8-14 buah. UDANG GALAH dapat hidup di dua habitat, pada stadia larva, UDANG GALAH hidup di air payau dan kembali ke air tawar pada stadia juvenil hingga dewasa. Pada stadia larva perubahan metamorfose terjadi sebanyak 11 kali dan berlangsung selama 30-35 hari. UDANG GALAH bersifat omnivora, cenderung aktif pada malam hari. Untuk membedakan antara udang jantan dan udang betina maka perlu melihat ciri fisik seperti: Udang jantan : Ukuran tubuh relatif lebih besar Pasangan kaki jalan yang kedua relatif lebih besar dan panjang (bahkan dapat mencapai 1,5 kali panjang total tubuhnya) Bagian perut lebih ramping Ukuran pleuron lebih pendek Alat kelamin terdapat pada basis pasangan kaki jalan kelima Pasangan kaki jalan terlihat lebih rapat dan lunak. Udang betina : Tubuh lebih kecil Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih besar, tetapi tidak sebesar dan sepanjang udang jantan Bagian perut lebih besar Pleuron memanjang Alat kelamin terletak pada pangkal kaki ketiga, merupakan suatu lubang yang disebut thelicum. PROSES REPRODUKSI UDANG GALAH Kegiatan pemijahan secara alami yaitu dengan memasangkan induk jantan dan betina yang matang gonad /siap kawin ke dalam wadah pemeliharaan yang sama. Dalam proses pemijahan UDANG GALAH di perlukan waktu relatif singkat berkisar di satu ate dua hari, hal ini berbeda seperti pada proses perkawinan ikan budidaya lainnya -misalnya ikan mas, UDANG GALAH yang telah matang gonad akan memijah / kawin secara alami. Pada proses pemijahan UDANG GALAH, proses perkawinan UDANG GALAH sangat dipengaruhi dan berkaitan erat dengan proses moulting (pergantian kulit) pada induk betina. Proses moulting dan pemijahan dipengaruhi oleh kelenjar hormon yang terdapat pada tangkai mata. Sebelum terjadinya proses perkawinan, udang betina berganti kulit terlebih dahulu yang disebut premattingmoult. Setelah udang betina mengalami pergantian kulit, keadaannya menjadi lemah pada saat inilah perkawinan akan terjadi. Proses perkawinan UDANG GALAH berlangsung secara sederhana. Udang jantan akan mengeluarkan spermanya dan sperma tersebut akan ditampung pada spermatheca diantara kaki jalan betina. Proses selanjutnya adalah proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh induknya. Kejadian ini berlangsung pada saat telur turun melalui lubang kelamin, yang kemudian akan dipindahkan ke tempat pengeraman. Telur yang terdapat pada spermatheca akan dibuahi oleh sperma. Setelah pembuahan berlangsung, telur diletakkan pada ruang pengeraman yang terdapat diantara kaki renang induk betina hingga saatnya menetas. Di alam bebas proses pemijahan umunya terjadi di muara sungai. Di daerah tropis seperti Indonesia proses pemijahan sangat mungkin terjadi sepanjang tahun. Secara biologi proses pemijahan ini akan terjadi di muara sungai karena larva/naupli UDANG GALAH hanya akan dapat hidup dan berkembang pada kondisi air payau (kadar garam 8-12 ppt). disadur dari tulisan Rahma Nuraini Bisnis Menguntungkan, Budidaya Udang Galah July 5th, 2011 by lilikapri | Posted under Umum. 3Share Udang Galah adalah sejenis udang air tawar, membudidayakan udang galah ini memiliki masa depan yang cukup bagus dilihat dari harganya yang masih tinggi dipasaran. Dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya udang galah ini masih unggul dalam permintaan pasarnya, karena permintaan pasar dari dalam dan luar negeri masih tinggi seperti di Jepang dan negara-negara Eropa. Pembesaran atau budidaya udang galah ini bisa dilakukan dikolam ataupun tambak darat. Dan saat ini budidaya udang galah sudah merambah keberbagai daerah seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Bali. Karena pembudidayaannya yang terbilang lumayan mudah disutulah letak keuntungannya. Dan berbagai sarana dan aspek yang perlu dimiliki oleh pembudidaya adalah: 1. Lahan Untuk Budidaya Lahan adalah sarana yang harus dimiliki oleh si pembudidaya, karena dimana lagi kita akan membudidayakan udang galah jika lahannya tidak ada. Namun lahan atau tempat budidya juga harus memenuhi syarat. • Bebas banjir dan pencemaran baik tanah maupun air • Jenis tanah liat berpasir • Dibuat pada ketinggian 0-700 mdpl • Air tersedia sepanjang tahun • Sirkulasi air harus bagus • Debit air disarankan 0,5 – 1 Liter perdetik untuk lahan seluas 300 – 1000 m2. 2. Peralatan Layaknya membudidayakan ikan air tawar lainnya, alat yang dibutuhkan antara lain pengangkut benih, cangkul, serok, ember, jaring dan lainnya. 3. Pengelolaan Air Pengelolaan air menjadi hal yang penting dalam pembesaran udang galah ini. Kualitas air yang buruk akan mempengaruhi ketahanan udang itu sendiri, untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan penggamtian air 30-50% air secara berkala munimal setiap sebulan sekali. 4. Pencegahan Hama dan Penyakit Perlu dilakukan hal ini ager perkembangan udang galah tidak terganggu. Pencegahan hama juga harus diperhatikan agar hama yang bersifat predator atau kompetitor tidak mengganggu proses berkembanggnya udang galah. Hama yang sering mengganggu adalah masuknya ikan-ikan pemangsa secar tidak sengaja, cara mencegahnya dengan memasang saringan pada saluran masuk dan pembuangan air kolam. Serta pencegahan penyakit dan pemeriksaan kesehatan udang galah bisa dilakukan dengan cara: • Pengambilan sempel dari beberapa udang yang diambil secara acak, dan bisa diamati secara visual maupun microskopik. • Pengamatan visual bisa dilakukan secara langsung untuk untuk melihat adanya gejala penyakit atau perkembangan morfosis udang galah itu sendiri. • Pemeriksaan secara microskopik dilakukan untuk melihat jasad pathogen (bakteri, virus, jamur dan parasit). Dan penyakit yang sering menyerang udang galah adalah udang berlumut karena sirkulasi air kurang baik, untuk mengatasi hal tersebut kita bisa memasangkan kincir air. PENGENDALIAN HAMA YANG SERING TERJADI DI TAMBAK AIR PAYAU 27/09/04 – Informasi: Teknologi-dkp.go.id Timbulnya penyakit pada budidaya tambak salah satunya disebabkan karena menumpuknya limbah disekitar lingkungan tambak sehingga menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme. Jika pertumbuhan mikroorganisme ini melimpah terutama pada golongan pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air di sekeliling perusahaan hatchery. Pengendalian Hama Jenis-jenis Hama Hama tambak adalah segala macam hewan yang ada di tambak, selain yang dibudidayakan, dan dianggap merugikan karena mengurangi produktifitas maksimal, disebabkan hilangnya hewan budidaya karena proses makan memakan (predasi), terjadinya persaingan dalam pemanfaatan sumber energi atau menimbulkan kerugian di bidang fasilitas. Hama dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu : 1. Pemangsa (Predator) Predator adalah hewan yang secara langsung membunuh dan memakan udang, sehingga jumlah udang dalam petakan menjadi kurang. Di samping jumlah udang berkurang, juga menimbulkan dampak lain seperti persaingan dalam pemanfaatan oksigen, mengurangi ruang lingkup bagi udang, di samping itu jatah makanan yang seharusnya untuk udang, akan di makan juga oleh hewan pemangsa sehingga pertumbuhan udang menjadi terhambat. Jenis-jenis hewan termasuk dalam golongan predator sangat banyak, mulai dari vertebrata tingkat rendah, yaitu ikan sampai vertebrata tingkat tinggi seperti lingsang. Bahkan jenis-jenis ikan, seperti payus (Elops hewaiensis), Bulan-bulan (Megalops cyprinoides), kerapu (Epinephelus sp.) dan Sphyraena sp. dan lain-lain. 2. Penyaing Jenis-jenis hewan penyaing yang sering ditemukan di tambak Penyaing Famili Jenis-jenis Cacing Polychaeta Dendronereis sp. (Palolo) Udang-udangan - Mesopodopsis (Jambret) Metapenaus monoceros (Udang api-api) Penaeus merguiensis (Udang putih) Penaeus indicus (Udang jaring) Serangga - Chironomus sp. Moluska Cerithidae Trisipan Ikan Cichlidae Tilapia mossambica (Mujair) Microryridae Aplocheilus panchax (Kepala timah) Mugiliidae Mugil Cephalus (Belanak) Siganiidae Siganus sp. (Samadar) 3. Perusak Keberadaan hama ini dapat menimbulkan bebrapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul sehingga menyebabkan kebocoran . Jenis perusak antara lain kepiting (Scylla serrata) dan udang pantus (Thalassina sp). Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehinga kedalaman air sulit dipertahankan dan masuk hama pemangsa dan penyaing dalam petakan tambak. Selain itu menyebabkan udang lolos melalui lubang kepiting. Prosedur Pengendalian Hama Prosedur pengendalian hama dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : Cara Fisik 1. Pengolahan Tanah Sebelum benur ditebar, usahakan agar tambak dikeringkan secara total agar semua organisme mati dan pengeringan dasar tambak dapat membantu memperbaiki struktur tanah dasar. 2. Perbaikan Pematang Lubang-lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat lubang dapat dilakukan penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi tanggul dengan plastik. 3. Mekanik (Penangkapan langsung) Dilakukan dengan menangkapi udang liar, ikan, kepiting dan ular. Cara ini sangat efektif jika dilakukan teratur sehingga menghemat biaya pembelian pestisida. 4. Penyaringan Air yang Masuk Air yang ke dalam tambak harus disaring terlebih dahulu, misalnya dengan ijuk atau dengan saringan yang berukuran halus agar hewan-hewan liar tidak dapat masuk kedalam petakan tambak. Cara Kimiawi Jika cara fisik mengalami hambatan maka cara kimiawi dapat digunakan tetapi tetap harus hati-hati dalam pemilihan jenis maupun dosis yang digunakan. Cara kimiawi lebih menguntungkan dalam hal tenaga dan waktu. * Buletin Mina Diklat Belawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar