Rabu, 19 September 2012

imunisasi

Benarkah Imunisasi Justru Membuat Anak Sakit? Imunisasi bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun tetap saja sampai kini banyak orangtua yang masih ragu-ragu dalam memutuskan apakah anaknya akan diimunisasi atau tidak. Kebingungan tersebut sebenarnya cukup beralasan, banyak selentingan dan mitos yang kontroversial beredar, mulai dari alergi, autis, hingga kejang-kejang akibat diimunisasi. Namun, jika para orangtua mengetahui informasi penting sebelum imunisasi, sebenarnya risiko-risiko tersebut bisa dihindari. Apa saja yang perlu diketahui orangtua? Banyaknya penyakit baru yang menular dan mematikan serta penyakit infeksi masih menjadi masalah di Indonesia. Selain gaya hidup sehat dan menjaga kebersihan, imunisasi merupakan cara untuk melindungi anak-anak dari bahaya penyakit menular. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr.Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Ketua Divisi Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial, FKUI, RSCM. “Vaksinasi akan meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah tertularnya penyakit tertentu,”katanya. Di Indonesia, ada lima jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak-anak, yakni BCG, polio, campak, DTP, dan hepatitis B. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), kelima jenis vaksin tersebut diwajibkan karena dampak dari penyakit tersebut bisa menimbulkan kematian dan kecacatan. Selain yang diwajibkan, ada pula jenis vaksin yang dianjurkan, misalnya Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, dan Varisela. Harus Fit Sebelum anak diimunisasi, ada beberapa kondisi yang membuat imunisasi sebaiknya ditunda, yakni saat anak sedang panas tinggi, sedang minum prednison dosis tinggi, sedang mendapat obat steroid, dalam jangka waktu 3 bulan terakhir baru mendapat transfusi darah atau suntikan imunoglobulin. Intinya si kecil harus dalam kondisi sehat sebelum diimunisasi agar antibodinya bekerja. Imunisasi adalah pemberian virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh untuk membentuk antibodi (kekebalan). Jika anak sakit dimasuki kuman atau virus lain dalam vaksin, maka kerja tubuh menjadi berat dan kekebalannya tidak tinggi. “Kalau hanya batuk pilek sedikit atau diare sedikit tidak apa-apa diberi imunisasi, tapi jika bayi sangat rewel sebaiknya ditunda satu-dua minggu,”papar Seodjatmiko. Soedjatmiko menyarankan agar orangtua memberitahukan pada dokter atau petugas imunisasi jika vaksin terdahulu memiliki efek samping, misalnya bengkak, panas tinggi atau kejang. Sesudah imunisasi Menurut Seodjatmiko, setiap vaksin memiliki reaksi berbeda-beda, tergantung pada penyimpanan vaksin dan sensitivitas tiap anak. Berikut reaksi yang mungkin timbul setelah anak diimunisasi dan bagaimana solusinya. BCG Setelah 4-6 minggu di tempat bekas suntikan akan timbul bisul kecil yang akan pecah, bentuknya seperti koreng. Reaksi ini merupakan normal. Namun jika koreng membesar dan timbul kelenjar pada ketiak atau lipatan paha, sebaiknya anak segera dibawa kembali ke dokter. Untuk mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntikan dengan cairan antiseptik. DPT Reaksi lokal yang mungkin timbul adalah rasa nyeri, merah dan bengkak selama satu-dua hari di bekas suntikan. Untuk mengatasinya beri kompres hangat. Sedangkan reaksi umumnya antara lain demam dan agak rewel. Berikan si kecil obat penurun panas dan banyak minum ASI. Kini sudah ada vaksin DPT yang tidak menimbulkan reaksi apapun, baik lokal maupun umum, yakni vaksin DtaP (diphtheria, tetanus, acellullar pertussis), sayangnya hariga vaksin ini jauh lebih mahal dari vaksin DPT. Campak 5-12 hari setelah anak mendapat imunisasi campak, biasanya anak akan demam dan timbul bintik merah halus di kulit. Para ibu tidak perlu mengkhawatirkan reaksi ini karena ini sangat normal dan akan hilang dengan sendirinya. MMR (Mumps, Morbilli, Rubella) Reaksi dari vaksin ini biasanya baru muncul tiga minggu kemudian, berupa bengkak di kelenjar belakang telinga. Untuk mengatasinya, berikan anak obat penghilang nyeri. Orangtua yang membawa anaknya untuk diimunisasi dianjurkan untuk tidak langsung pulang, melainkan menunggu selama 15 menit setelah anak diimunisasi, sehingga jika timbul suatu reaksi bisa langsung ditangani. Bagaimana jika orangtua lupa pada jadwal vaksinasi anak? Menurut Soedjatmiko hal itu tidak menjadi masalah dan tidak perlu mengulang vaksin dari awal. “Tidak ada itu istilah hangus. Sel-sel memori dalam tubuh mampu mengingat dan akan merangsang kekebalan bila diberikan imunisasi berikutnya,” katanya. Untuk mengejar ketinggalan, dokter biasanya akan memberi vaksin kombinasi. Meskipun seorang anak sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap, bukan berarti ia tidak akan tertular penyakit, namun penyakitnya lebih ringan dan tidak terlalu berbahaya. “Dampak dari penyakitnya lebih ringan, kemungkinan meninggal, cacat dan lumpuh juga bisa dihindari,”kata dokter yang juga menjadi Satgas Imunisasi PP IDAI ini. Pilihan memang ada di tangan orangtua, tetapi bagaimanapun tugas orangtua adalah untuk melindungi anaknya, dan imunisasi adalah cara yang penting untuk mencegah si kecil dari serangan penyakit. Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati? http://www1.surya.co.id/v2/?p=1922 7 jenis virus yang dapat dicegah melalui Imunisasi Bayi dan Anak Apakah Imunisasi itu ? Imunisasi adalah pemberian Vaksin dengan tujuan agar dapat perlindungan (kekebalan) dari penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Apa tujuan Imunisasi ? Imunisasi mempunyai tujuan penting untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak akibat penyakit infeksi. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi ? Penyakit yang dapat dicegah melalui Imunisasi ada 7 sesuai program pemerintah yaitu: 1. TBC anak 2. Difteri 3. Tetanus 4. Pertusis/Batuk Rejan 5. Polio 6. Campak 7. Hepatitis B Apa itu TBC ? TBC (Tuberculosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosa, oleh orang awam disebut penyakit paru-paru. Penyakit ini sangat menular, penularannya melalui pernafasan, percikan ludah, bersin atau bercakap cakap serta melalui udara yang mengandung kuman. Bahaya yang diakibatkan oleh penyakit TBC adalah kerusakan paru-paru, tulang dan cacat mental/kaku karena kerusakan otak. Penyakit TBC dapat dicegah dengan Imunisasi BCG. Caranya dengan melakukan suntikan di daerah lengan bagian atas (Intrakutan). Pemberian Imunisasi BCG ini harus dilakukan sedini mungkin setelah bayi lahir. Apakah arti singkatan DPT ? DPT adalah gabungan dari kata Difteri Pertusis dan Tetanus. Difteri adalah Radang tenggorokan yang sangat berbahaya yang dapat menyebabkan kematian anak hanya dengan beberapa hari saja. Pertusis adalah penyakit radang pernafasan (paru) yang disebut juga dengan Batuk Rejan atau batuk 100 hari. Gejalanya sangat khas yaitu batuk bertahap, panjang dan lama disertai dengan suara whoop dan diakhiri dengan muntah. Mata bengkak dan berdarah serta penderita dapat meninggal karena kesulitan nafas. Tetanus adalah penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkancing tidak bisa dibuka. Bagaimana Penularan Difteri, Pertusis, dan Tetanus ? Difteri dan Pertusis menular melalui percikan percikan ludah penderita saat batuk dan bersin, melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman penyakit. Sedangkan tetanus menular melalui tali pusar karena pertolongan persalinan yang tidak bersih/steril, melalui luka (tertusuk paku, beling dan lain-lain). Apakah bahayanya penyakit tersebut…? • Difteri : Kerusakan Jantung, pernafasan tersumbat. • Pertusis : Batuk panjang berminggu-minggu, radang otak dan radang paru. • Tetanus : Mulut Terkancing, kaku, kejang dan radang paru. Imunisasi DPT dapat diberikan pada semua bayi dan anak, tetapi untuk anak yang pernah mengalami demam atau yang pernah menderita kejang sebaiknya diberi DT saja, agar tidak mengalami panas atau kejang. Sedangkan untuk ulangan (booster) diberikan DT pada anak kelas 1SD, TT untuk anak kelas 2-3 SD. Apakah Campak itu ? Campak sering juga disebut dengan bahasa lain: Tampek (Orang Betawi), Gabagan (Orang Jawa), Medewa (Orang Bali), Mazelen (Orang Belanda), Measles (Orang Inggris), Morbili (Latin) adalah Penyakit yang sangat berbahaya untuk Bayi dan Anak karena sering disertai Komplikasi Bronchopneumonia yang banyak menyebabkan kematian pada Bayi dan Anak. Bahaya dari penyakit Campak adalah Panas tinggi, radang mulut dan tenggorkan, diare, radang otak, gizi memburuk dan radang paru. Cara Penularannya adalah kontak langsung dengan penderita dan melalui pernafasan penderita. Cara pencegahannya adalah dengan Imunisasi Campak pada waktu Bayi berumur 9 bulan dan waktu kelas 1 SD untuk menambah kekebalan seumur hidup. Apa itu Penyakit Polio ? Polio atau Poliomyelitis adalah penyakit radang yang menyerang syaraf dan dapat menyebabkan lumpuh kedua kaki. Walaupun dapat disembuhkan tetapi akan pincang seumur hidup. Bahaya dari penyakit Polio adalah Otot-otot menjadi lumpuh dan tetap kecil. Cara penularannya adalah secara langsung melalui percikan ludah penderita, makanan dan minuman yang tercemar. Penyakit Polio dapat dicegah dengan Imunisasi Polio sebanyak 4 kali sewaktu Bayi. Apa itu penyakit Hepatitis-B ? Hepatitis-B biasa disebut Penyakit Kuning disebabkan oleh virus hepatitis-B yang menyerang hati dan dapat bersifat akut (mendadak) atau menahun. Bahaya dari penyakit ini adalah Serorsis hati atau Kanker hati. Cara penularannya dapat terjadi secara vertical dari ibu yang mengidap virus hepatitis-B, kepada Bayi yang dikandungnya, secara horizontal melalui hubungan seksual, penggunaan alat suntik tercemar, tattoo, tusuk jarum, tranfusi darah, penggunaan pisau cukur, sikat gigi yang digunakan bersama-sama. Penyakit Kuning ini dapat dicegah dengan pemberian Imunisasi HB sedini mungkin (umur 0 – 7 hari), dilanjutkan dengan pemberian Imunisasi HB sampai Bayi mendapatkan Imunisasi ini 3 kali. Siapa saja yang perlu mendapat Imunisasi ? 1. Bayi (0 – 1tahun) wajib mendapatkan Imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio, HB, Campak). 2. Anak Sekolah Dasar wajib mendap atkan Imunisasi tambahan (booster) seperti Campak, DT dan TT. 3. Wanita Usia Subur (WUS) wajib mendapatkan Imunisasi tambahan (booster) seperti TT guna mendapatkan kekebalan seumur hidup dan melindungi Bayi yang akan dilahirkan dari penyakit Tetanus. 4. Ibu Hamil wajib mendapatkan Imunisasi TT sebagai pencegahan terhadap Tetanus bagi Bayi yang akan dilahirkan. Apabila terjadi keterlambatan dalam pemberian Imunisasi tersebut, Tidak apa apa, masih bisa dapat dilakukan Imunisasi daripada tidak sama sekali. IMUNISASI pada KONDISI TERTENTU: PREMATUR dan BAYI dengan BERAT LAHIR RENDAH (2500 gram) Posted on September 8, 2008 by Nuning Purwaningsih Bayi prematur kurang dari 37 minggu usia kehamilan dan bayi cukup bulan dengan berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram), dengan beberapa pengecualian, seharusnya mendapatkan imunisasi rutin seperti yang diperoleh bayi-bayi lain sesuai usia kronologisnya. Usia kehamilan dan berat lahir bukanlah faktor penghalang bagi seorang bayi prematur yang sehat dan stabil untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. Walaupun beberapa penelitian menunjukan respon imunitas yang kurang terhadap beberapa vaksin yang diberikan pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram dan bayi yang kurang dari 29 minggu usia kehamilan, sebagian besar bayi prematur, termasuk bayi yang menerima dexametason (steroid) untuk pengobatan penyakit kronik paru, mampu membuat sistem kekebalan yang dipicu oleh vaksin untuk mencegah penyakit. Dosis vaksin pun seharusnya tidak dikurangi atau dibagi-bagi. Bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah mempunyai toleransi yang sama seperti bayi cukup bulan terhadap sebagian besar vaksin. Kejadian henti napas dilaporkan pernah terjadi pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram atau usia gestasi kurang dari 31 minggu setelah pemberian vaksin DTP, tetapi tidak pernah dilaporkan pada pemberian vaksin DTaP. Meskipun demikian, pada pemberian vaksin pneumokokus (PCV7) bersamaan dengan DTP dan Hib pada bayi prematur dilaporkan kejadian kejang demam yang ringan yang lebih sering jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Gangguan jantung dan pembuluh darah, seperti henti napas dan penurunan denyut jantung disertai penurunan oksigen meningkat kejadiannya pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram yang diberikan kombinasi vaksin DTaP, IPV (polio suntik), Hepatitis B dan Hib. Meskipun demikian, kejadian-kejadian ini bukanlah sesuatu hal yang berbahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang diimunisasi. Bayi prematur yang secara medis stabil dan masih dirawat di rumah sakit saat 2 bulan usia kronologisnya seharusnya diberikan semua vaksin yang direkomendasikan pada usia tersebut. Bayi prematur dikatakan stabil secara medis adalah bayi yang tidak memerlukan manajemen berkelanjutan untuk infeksi serius, penyakit metabolik atau gangguan ginjal akut, gangguan jantung dan pembuluh darah atau gangguan saluran pernapasan dan bayi prematur yang menunjukkan perbaikan dan pertumbuhan yang stabil. Semua vaksin yang harus diberikan pada usia 2 bulan dapat dilakukan secara simultan baik pada bayi prematur maupun bayi dengan berat lahir rendah. Untuk mengurangi banyaknya suntikan dapat diberikan vaksin kombo. Jika tidak dapat dilakukan secara simultan karena terbatasnya area suntikan, maka pemberian vaksin boleh dipisah dengan interval waktu kapan saja karena vaksin yang diberikan merupakan vaksin yang inaktif. Akan tetapi, untuk menghindari reaksi lokal yang tumpang tindih, interval yang dianggap rasional adalah 2 minggu. Ukuran jarum yang digunakan untuk menyuntikkan vaksin ke dalam otot tergantung dari massa otot tempat suntikan akan diberikan. Semua bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah beresiko terhadap penyakit pneumokokus yang invasif. Oleh karena itu, apabila secara medis stabil pada usia 2 bulan bayi-bayi ini harus menerima dosis penuh vaksin PCV7 (data artikel ini diambil dari data di Amerika Serikat-American Academy Pediatric). Begitu pula halnya dengan vaksin DTaP, mengingat angka kejadian pertusis yang fatal meningkat pada bayi-bayi di bawah usia 6 bulan. Vaksin Hepatitis B yang diberikan kepada bayi prematur dan bayi dengan berat lahir lebih dari 2000 gram menimbulkan respon imun yang mirip dengan respon imun yang timbul pada bayi cukup bulan. Oleh sebab itu, bayi dengan berat lahir 2000 gram yang stabil secara medis dengan ibu HBsAg negatif boleh diberikan dosis pertama vaksin Hepatitis B segera setelah lahir. Untuk yang tidak stabil, dapat ditunda sampai kondisi klinisnya stabil. Sementara untuk bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2000 gram, imunisasi dengan vaksin Hepatitis B segera setelah lahir ternyata memberikan respon imun yang kurang jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan ataupun bayi prematur yang lebih dari 2000 gram. Meskipun demikian, bayi prematur yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif memiliki perlindungan dari komplikasi perinatal yang mungkin timbul akibat penyakit Hepatitis B jika diberikan vaksin Hepatitis B tanpa melihat berat lahirnya. Dari beberapa penelitian didapatkan 2 hal yang dapat dijadikan faktor prediksi terhadap kesuksesan munculnya antibodi terhadap Hepatitis B setelah dilakukan vaksinasi, yaitu: usia kronologis bayi prematur yang stabil secara medis saat pertama kali menerima dosis pertama vaksinasi Hepatitis B tanpa melihat berat lahir maupun usia kehamilan saat lahir dan penambahan berat badan yang konsisten sebelum menerima dosis pertama vaksin Hepatitis B. Bayi dengan berat kurang dari 2000 gram yang secara medis stabil dan menunjukkan penambahan berat badan harus mendapatkan dosis pertama vaksin Hepatitis B secepat-cepatnya saat usia 30 hari tanpa melihat usia kehamilan atau berat lahirnya. Bayi prematur dengan berat kurang dari 2000 gram yang cukup sehat sehingga diperbolehkan meninggalkan rumah sakit sebelum usia 30 hari boleh diberikan vaksin Hepatitis B saat meninggalkan rumah sakit. Memberikan vaksin Hepatitis B dosis pertama saat usia bayi 1 bulan tanpa melihat beratnya memberikan pilihan untuk menjalankan imunisasi selanjutnya sesuai jadwal, mengurangi jumlah injeksi simultan imunisasi yang diberikan saat usia 2 bulan, memberikan perlindungan dini terhadap bayi prematur yang harus ditransfusi dan dioperasi dan menurunkan transmisi penularan secara horisontal dari carier Hepatitis B di dalam keluarga, pengunjung rumah sakit dan petugas medis lainnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa semakin awal vaksin Hepatitis B diberikan maka semakin besar kemungkinan untuk menyelesaikan vaksin-vaksin yang lain tepat waktu. Semua bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah yang lahir dari seorang ibu dengan HbsAg positif harus menerima Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) dalam 12 jam sesudah lahir dan vaksin hepatitis B (lihat penjelasan mengenai vaksin Hepatitis B di atas). Jika status HbsAg ibu tidak diketahui, maka bayi harus mendapat vaksin Hepatitis B sesuai rekomendasi untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif. Bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah yang diberikan vaksin Hepatitis B saat lahir harus diberikan 3 dosis tambahan. Hanya vaksin Hepatitis B monovalen yang boleh digunakan saat bayi berusia 6 minggu atau kurang. Memberikan dosis vaksin Hepatitis B monovalen saat lahir sementara kombinasi vaksin yang mengandung vaksin Hepatitis B digunakan berarti bahwa bayi tersebut akan mendapatkan total 4 dosis. Kombinasi vaksin yang mengandung komponen Hepatitis B belum pernah diteliti mengenai keamanannya untuk diberikan pada bayi dengan ibu yang HbsAg positif. Karena semua bayi prematur dianggap memiliki resiko terhadap komplikasi influenza, 2 dosis vaksin inflluenza inaktif dengan jarak 1 bulan harus ditawarkan kepada orang tua bayi untuk diberikan ke bayi saat berusia 6 bulan sebelum musim influenza dimulai. Karena sebab itu pula, maka orang-orang yang berkontak dengan bayi tersebut harus mendapatkan vaksin influenza inaktif. Bayi prematur yang kurang dari 32 minggu usia kehamilan dan bayi dengan penyakit paru kronik dan kondisi jantung pembuluh darah tertentu sampai usia 2 bulan mungkin mendapat manfaat dengan profilaksis untuk infeksi RSV (palivizumab) selama musim infeksi RSV. Palivizumab tidak mempengaruhi vaksinasi rutin lainnya untuk bayi prematur atau bayi dengan berat lahir rendah. Sumber: AAP (American Academy of Pediatrics) Artikel diatas dari data-data di Amerika Serikat. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI 1. POLIO Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang 2. HEPATITIS B Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur. 3. TBC (TUBERCULOSIS) Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam. 4. DIFTERI Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi. Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas 5. PERTUSIS Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan. 6. TETANUS Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut. Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya 7. CAMPAK Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen ( menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi. Pemberian Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih 8. INFLUENZA Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat influenza. 9. DEMAM TIFOID Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian Supported by CLINIC FOR CHILDREN Yudhasmara Foundation JL Taman Bendungan Asahan 5 Jakarta Indonesia 102010 phone : 62(021) 70081995 – 5703646 http://childrenclinic.wordpress.com/ Vaksin Mengurangi Rata-Rata Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah jdokter// – Kasus penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin telah menurun secara drastis, demikian yang dilaporkan oleh para peneliti CDC Kasus pada delapan penyakit untuk jenis vaksin yang telah dikeluarkan lisensinya atau direkomendasikan sebelum 1980 menurun minimal 99% atau di US bisa memberantas sejak 2006, demikian menurut perbandingan jumlah riwayat jenis penyakit dan jenis penyakit yang timbul saat ini pada terbitan tanggal 14 November dalam Journal of the American Medical Association. Penurunan mencapai 80% atau lebih besar untuk penyakit-penyakit yang menjadi sasaran vaksin secara nasional sejak 1980, termasuk hepatitis A, hepatitis B akut, Haemophhilus influenza menular jenis a, dan varicella, demikian yang ditemukan Sandra W. Roush, M.T., M.P.H., dari CDC’s National Center for Immunization and Respiratory Diseases dan rekan. “Vaksin merupakan diantara pencapaian terbesar dalam ilmu pengetahuan biomedis dan kesehatan umum,” tulis mereka. Influensa dikesampingkan dari analisa ini karena berbeda dengan penyakit lain yang bisa dicegah dengan vaksin yang dalam vaksin itu untuk virus yang berubah setiap tahunnya, yang setiap tahunnya memerlukan strategi vaksinasi. Para peneliti telah menggunakan data terbaru, mirip untuk 2006, dari CDC’s National Notifiable Diseases Surveillance Systems, the National Vital Statistic System, dan badan pelaporan lainnya. Membandingkan rata-rata jumlah kasus sebelum rekomendasi vaksinasi nasional dengan kasus tahun 2006, penurunannya sebagai berikut: • 100% untuk difteri • 99.9% untuk campak • 100% untuk kelumpuhan dan polio akut • 99.9% untuk rubella • 99.3% untuk sindrom rubella bawaan • 100% untuk cacar • 95.9% untuk gondok • 92.9% untuk tetanus • 92.2% untuk pertusis/batuk berdahak Membandingkan rata-rata jumlah kematian dari setiap penyakit demikian juga yang menunjukkan adanya manfaat dari program vaksinasi nasional. Pengurangan jangka waktu sebelum vaksinasi dengan hasil tahun 2006 termasuk: • 100% diferia • 100% untuk campak • 100% untuk lumpuh dan polio akut • 100% untuk rubella • 100% untuk cacar. • 100% untuk gondok • 99.9% untuk tetanus • 99.3% untuk pertussis/batuk berdahak Hasil sebelumnya kurang lengkap untuk peyakit yang diberikan vaksin sesuai yang disarankan atau direkomendasikan untuk digunakan setelah 1980. Membandingkan jangka waktu vaksin sebelumnya 2006, penemuannya termasuk sebagai berikut: • Kasus H.influensa menular jenis b yang menurun minimal 99.8% sedangkan kematiannya menurun sekitar 99.5% atau lebih. • Kasus hepatitis A dan perawatan di rumah sakit menurun 87% dan kematian menurun 86.9% • Untuk hepatitis B akut, kasus dan perawatan di rumah sakit berkurang 80.1% dan kematian berkurang 80.2%. • Kasus varicella menurun 85% sedangkan perawatan di rumah sakit menurun 88% dan kematian menurun 81.9%. • Untuk vaksin terbaru diantara kelompok, kasus penyakit pneumococcal menular menurun 34.1% dan kematian menurun 25.4% sejak 1997-1999. Mereka hanya mencatat tujuh dari 12 vaksin yang direkomendasikan secara rutin pada masa anak-anak yang diproyeksikan dapat menyelamatkan 33.000 jiwa dan mencegah 14 juta kasus sakit dalam setiap kelompok kelahiran. Namun penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin memerlukan biaya sosial dan penghematan lainnya sekalipun juga bisa memberikan manfaat, kata mereka. Untuk setiap kelompok kelahiran, vaksinasi dapat menghasilkan pengurangan $10 milyar untuk biaya kunjungan dokter, perawatan di rumah sakit, dan biaya langsung lainnya juga mengurangi $33 milyar dalam biaya langsung karena ketidakmampuan, waktu terbuang dari sekolah, dan hilangnya produktivitas pada pekerjaan, tambah mereka. Meskipun demikian, manfaat terbesar kemungkinan berasal dari meningkatnya rata-rata jumlah vaksinasi diantara para remaja dan anak dewasa, kata mereka, khususnya untuk papillomavirus pada manusia dan vaksin pertussis, tetanus dan difteria yang lebih baru. Imunisasi yang wajib untuk anak sudah saya postingkan sebelumnya. Imunisasi yang dianjurkan (non-wajib) ini juga tak kalah penting bagi anak dan tidak ada salahnya kita tetap mengimunisasi buah hati kita, mengingat akibatnya yang membahayakan anak jika sampai terkena penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi ini. Ada 7 (tujuh) jenis imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah : 1. Imunisasi HIB Imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB (Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak yang dapat menyebabkan radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya karena dapat merusak otak secara permanen dan menyebabkan kematian. Selain itu dapat menyebabkan radang paru dan radang epiglotis. Gejala yang ditimbulkan berupa demam tinggi, kejang-kejang, menggigil dan kesadaran menurun. Jika penyakit ini terlambat ditangani akan menimbulkan gejala sisa seperti lumpuh, tuli, buta dan retadasi mental. Diberikan sebayak 4 kali, yaitu pada usia 2, 4, 6 dan 15 atau 16 bulan. Efek samping berupa demam ringan yang akan reda dengan sendirinya. 2. Imunisasi PVC Imunisasi PVC (Pneumococcal Vaccine) ini memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit IPD (Invasive Pneumococcal Diseases) yaitu meningitis (radang selaput otak), bakteremia ( infeksi darah) dan pneumonia(radang paru). Ketiga penyakit ini disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae yang penularannya lewat udara. Gejala yang ditimbulkan demam tinggi, menggigil, tekanan darah rendah, hingga tak sadarkan diri. Dapat diberikan sejak usia 2 bulan, kemudian 4 dan 6 bulan. Pada pemberian ke -4 bisa dilakukan saat anak usia 12-15 bulan atau 2 tahun. Bila hingga usia 6 bulan belum divaksin, dapat diberikan diusia 7-11 bulan sebanyak 2 dosis dengan interval pemberian sedikitnya 1 bulan. Dosis ketiga diberikan pada usia 2 tahun. Atau jika hingga usia 12 bulan belum divaksin bisa diberikan di usia 12-23 bulan sebanyak 2 dosis dengan interval sedikitnya 2 bulan. Menimbulkan efek samping berupa demam, mengantuk, nafsu makan kurang, diare, muntah dan muncul kemerahan pada kulit. Reaksi ini akan hilang dengan sendirinya. 3. Imunisasi MMR Imunisasi ini memberikan kekebalan terhadap penyakit Mumps (gondongan/parotitis), Measles (campak) dan Rubella (campak Jerman). Vaksinasi ini penting untuk anak perempuan untuk mencegah Rubella pada saat hamil, sedangkan pada anak laki-laki untuk mencegah agak tak terserang Rubella dan menulari istrinya yang mungkin sedang hamil. Diberikan 2 kali pada usia 15 bulan dan 6 tahun. Jika belum mendapatkan imunisasi campak pada usia 9 bulan, maka dapat diberikan di usia 12 bulan dan 6 tahun. Efek samping berupa demam, timbul bercak merah serta pembengkakan di lokasi penyuntikan. 4. Imunisasi Influenza Influenza merupakan penyakit yang disebabkan virus. Pada dasarnya penyakit ini dapat sembuh dengan sendiri tanpa obat dengan cara istirahat, minum air putih dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Akan tetapi , influenza beresiko pada anak-anak tertentu seperti penderit asma, paru-paru kronis, leukimia, thalassemia dan penderita kanker. Dapat diberikan pada usia 6 bulan kemudian diulang setiap tahun, karena vaksin ini hanya efektif selama 1 tahun. Efek samping berupa demam dan kemerahan di lokasi bekas suntikan. 5. Imunisasi Tifoid Imunisasi ini berguna untuk mencekal penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi yang disebabkan makanan yang tidak higienis dan sanitasi yang buruk. Dapat diberikan satu kali pada usia 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun. Efek samping menimbulkan bengkak dan ruam pada lokasi penyuntikan, pusing dan nyeri otot. 6. Imunisasi Hepatitis A Imunisasi ini untuk mencegah virus Hepatitis A (VHA) yang sering dikenal dengan penyakit kuning. Walaupun tidak separah hepatitis B bukan berarti kita boleh menganggap remeh hepatitis A. Dapat diberikan pada usia 2 tahun sebanyak 2 kali dengan interval pemberian 6-12 bulan. Umumnya tidak menimbulkan efek samping, kalaupun ada hanya berupa demam ringan dan rasa sakit pada bekas suntikan. 7. Imunisasi Varisela Diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit cacar air yang disebabkan virus varicella zooster. Diberikan 1 kali pada usia antara 10-12 tahun. Umumnya tidak menimbulkan efek samping. (Dari berbagai sumber) Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah diimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan menularkan ke adik, kakak, atau teman-teman disekitarnya. Jadi, imunisasi selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran ke adik, kakak dan anak-anak lain disekitarnya. Bahaya kalau tidak diimunisasi Kalau anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman berbahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan kuman tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal. Anak yang tidak diimunisasi akan menyebarkan kuman-kuman tersebut ke adik, kakak dan teman lain disekitarnya sehingga dapat menimbulkan wabah yang menyebar kemana-mana menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak. Oleh karena itu, bila orangtua tidak mau anaknya diimunisasi berarti bisa membahayakan keselamatan anaknya dan anak-anak lain disekitarnya, karena mudah tertular penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat atau kematian. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi Imunisasi yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk imunisasi rutin meliputi : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak dan vaksin untuk jemaah haji. Imunisasi yang belum disediakan oleh pemerintah antara lain : Hib, Pneumokokus, Influenza, Demam Tifoid, MMR, Cacar air, Hepatitis A dan Kanker Leher Rahim (HPV). Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati, bila berlangsung sampai dewasa dapat menjadi kanker hati. Imunisasi Polio untuk mencegah serangan virus polio yang sapat menyebabkan kelumpuhan. Imunisasi BCG untuk mencegah tuberkulosis paru, kelenjar, tulang dan radang otak yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan. Imunisasi DPT untuk mencegah 3 penyakit : Difteri, Pertusis dan Tetanus. Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas, serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung. Penyakit Pertusis berat dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat (pneumonia). Kuman Tetanus mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan bernafas. Penyakit campak berat dapat mengakibatkan radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak. Imunisasi Hib dan Pneumokokus dapat mencegah infeksi saluran nafas berat (pneumonia) dan radang otak (meningitis). Imunisasi influenza dapat mencegah influenza berat. Imunisasi demam tifoid dapat mencegah penyakit demam tifoid berat. Imunisasi MMR dapat mencegah penyakit : Mumps (gondongan, radang buah zakar), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman). Imunisasi cacar air (varisela) untuk mencegah penyakit cacar air. Imunisasi Hepatitis A untuk mencegah radang hati karena virus hepatitis A. Imunisasi HPV untuk mencegah kanker leher rahim. Bila bayi / anak tidak diimunisasi maka risikonya lebih besar tertular penyakit – penyakit tersebut. Setelah diimunisasi kadang-kadang timbul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) Setelah imunisasi kadang-kadang timbul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) demam ringan sampai tinggi, bengkak, kemerahan, agak rewel. Itu adalah reaksi yang umum terjadi setelah imunisasi. Umumnya akan hilang dalam 3-4 hari, walaupun kadang-kadang ada yang berlangsung lebih lama. Boleh diberikan obat penurun panas tiap 4 jam, dikompres air hangat, pakaian tipis, jangan diselimuti, sering minum ASI, jus buah atau susu. Bila tidak ada perbaikan, atau bertambah berat segera kontrol ke dokter. Berita kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) harus di konfirmasi oleh ahlinya Adanya berita di media masa tentang kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat, perlu dikonfirmasi kepada ahli-ahli di bidangnya. Contoh kasus Sinta Bela (SB) yang menurut orangtuanya lumpuh setelah diimunisasi, dilakukan sidang di Polda Metro Jaya. Berdasarkan pemeriksaan oleh dokter-dokter ahli dibidangnya, dari foto tulang belakang terbukti kelumpuhannya karena tuberkulosis di tulang belakang yang sudah berlangsung lama, bukan karena imunisasi. Ketika wabah polio di Jawa Barat, beberapa anak lumpuh setelah mendapat vaksin polio. Dengan pemeriksaan virus (virologi) terbukti bahwa kelumpuhan tersebut diakibatkan virus polio liar yang sudah menyerang anak tersebut sebelum ia mendapat imunisasi polio. Autisme yang dulu diduga akibat merkuri atau vaksinasi MMR, ternyata berbagai lembaga penelitian resmi di luar negeri menyatakan tidak ada hubungan MMR dengan autisme atau kandungan merkuri di dalam tubuhnya ternyata tidak tinggi Beberapa KIPI berat lain, setelah diperiksa oleh ahli-ahli di bidangnya terbukti bahwa KIPI tersebut akibat penyakit lain yang sudah ada sebelumnya, bukan oleh imunisasi. Oleh karena itu setiap berita KIPI harus di kaji secara ilmiah oleh ahli-ahlinya, antara lain di Komisariat Daerah (Komda) KIPI yang ada di Propinsi atau Komisariat Nasional (Komnas) KIPI di Jakarta. Lebih banyak kecelakaan lalu lintas daripada KIPI berat Sangat jarang terjadi KIPI berat. Kemungkinan KIPI berat 1 kejadian dalam: 2 juta dosis. Kalau ada 22 juta balita, kemungkinan terjadinya KIPI berat sekitar 11 anak. Lebih banyak korban kecelakaan lalu lintas akibat sepeda motor, bus, mobil, pesawat terbang dibanding KIPI berat karena imunisasi. Oleh karena itu masyarakat harusnya lebih takut pada kecelakaan lalu lintas ketimbang karena imunisasi. Setelah diimunisasi masih bisa terkena penyakit, tetapi jauh lebih ringan Perlindungan imunisasi memang tidak 100 %, artinya setelah diimunisasi, bayi dan anak masih bisa terkena penyakit-penyakit tersebut, tetapi kemungkinannya hanya kecil (5 – 15 %), jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Bukan berarti imunisasi itu gagal atau tidak berguna, karena perlindungan imunisasi memang sekitar 80 – 95 %. Penelitian epidemiologi di Indonesia dan negara-negara lain, ketika ada wabah campak, difteri atau polio, anak yang sudah mendapat imunisasi dasar lengkap sangat jarang yang tertular, bila tertular umumnya hanya ringan, sebentar dan tidak berbahaya. Tetapi anak yang tidak mendapat imunisasi, ketika ada wabah, lebih banyak yang sakit berat, meninggal atau cacat. Berarti imunisasi terbukti effektif mencegah sakit berat, kematian atau cacat akibat penyakit-penyakit tersebut. Imunisasi, ASI dan perbaikan lingkungan bersama-sama lebih effektif mencegah penyakit dan kematian Pemberian ASI, perbaikan gizi dan lingkungan memang turut membantu menurunkan angka kematian akibat penyakit-penyakit tersebut. Tetapi perbaikan gizi dan lingkungan membutuhkan waktu yang lebih lama dan usaha yang lebih sulit dibanding imunisasi. Dengan imunisasi dasar lengkap angka kematian bayi lebih cepat turun. Oleh karena itu dengan imunisasi dasar lengkap, ASI dan perbaikan lingkungan bersama-sama akan lebih effektif mencegah penyakit dan menurunkan angka kematian bayi dan balita. Vaksin terbukti aman, effektif sehingga dipakai lebih 100 negara Vaksin yang digunakan untuk program imunisasi di Indonesia dibuat oleh PT Bio Farma Bandung yang sudah berdiri sejak jaman Belanda dan telah puluhan tahun memproduksi vaksin. Merkuri (tiomersal, timerosal) dalam jumlah yang sangat sedikit perlu untuk mengawetkan vaksin agar kualitasnya tetap baik. Karena jumlahnya sangat sedikit, maka masih jauh dari ambang batas yang berbahaya, yang ditentukan oleh berbagai ahli-ahli di badan-badan pengawasan internasional. Tidak ada larangan penggunaan merkuri dalam vaksin asal jumlahnya sesuai dengan ketentuan internasional tersebut. Kualitas vaksin PT Bio Farma selalu diawasi oleh badan internasional WHO dan dinyatakan aman serta effektif untuk digunakan di seluruh dunia. Oleh karena itu vaksin Pt Bio Farma digunakan oleh Unicef untuk lebih dari 100 negara di dunia antara lain di ekspor ke : Malaysia, Pakistan, Bangladesh, Mesir, Iran, Jordania, Lebanon, Afganistan, Turki, Libya, Kuwait, Syria, Nigeria, India, Filipina, Vietnam, Kambodja, Korea, China dll. Hampir semua bayi di seluruh dunia diimunisasi setiap tahun Sampai saat ini menurut data WHO sekitar 194 negera maju maupun sedang berkembang tetap melakukan imuniasi rutin pada bayi dan balitanya. Di Eropa imunisasi rutin dilakukan di 43 negara, Amerika 37 negara, Australia dan sekitarnya 16 negara, Afrika di 53 negara, Asia 48 negara, ( sumber : www.devinfo.info/immunization). Negara maju dengan tingkat gizi dan lingkungan yang baik tetap melakukan imunisasi rutin pada semua bayinya, karena terbukti bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan mencegah penyebaran ke anak di sekitarnya. Setiap tahun sekitar 85 -95 % bayi di negara-negara tersebut mendapat imunisasi rutin, sedangkan sisanya belum terjangkau imunisasi karena menderita penyakit tertentu, sulitnya akses terhadap layanan imunisasi, hambatan jarak, geografis, keamanan, sosial- ekonomi dan lain-lain. Bayi yang belum imunisasi lengkap rawan sakit berat dan menjadi sumber penularan Bayi –bayi di Indonesia yang di imunisasi setiap tahun sekitar 90 % dari sekitar 4,5 juta bayi yang lahir. Hal itu karena masih ada hambatan geografis, jarak, jangkauan layanan, transportasi, ekonomi dll. Artinya setiap tahun ada 10 % bayi (sekitar 450.000 bayi) yang belum mendapat imunisasi, sehingga dalam 5 tahun menjadi 2 juta anak yang belum mendapat imunisai dasar lengkap. Bila terjadi wabah, maka 2 juta balita yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap akan mudah tertular penyakit berbahaya tersebut, akan sakit berat, meninggal atau cacat. Selain itu mereka dapat menyebarkan penyakit tersebut kemana-mana bahkan sampai ke negara lain, seperti kasus polio yang sangat merepotkan dan menghebohkan seluruh dunia. Oleh karena itu marilah kita bersama-sama mengajak tetangga, saudara dan kenalan untuk melengkapi imunisasi dasar bayi kita, agar terhindar dari sakit berat, kematian atau cacat, dan mencegah penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang lebih luas kepada anak-anak lain. Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi Sekretaris Satgas Imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Imunisasi Hepatitis B Posted on Maret 16, 2008 by vinadanvani Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati. Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil. Yang potemsial melalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga. Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Anak juga terlihat sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal. Penyakit baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah. Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B. Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Usia Pemberian Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam. Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin. Efek Samping: Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (jarang) berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun rekasi ini akan menghilang dalam waktu dua hari. Tanda Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi. Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup. Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat IMUNISASI TT (TETANUS TOXOID) PADA IBU HAMIL ( BUMIL) April 20, 2005 oleh putriazka 36 Komentar Posted By: Deswita 1. Pengertian Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006). Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III (Dinkes Jateng, 2005) 1. Manfaat imunisasi TT ibu hamil a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001). b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000) Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum (Depkes, 2004) 1. Jumlah dan dosis pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000). 1. Umur kehamilan mendapat imunisasi TT Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan sejak di ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000) 1. Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2 Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu (Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 2000). 1. Efek samping imunisasi TT Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan (Depkes RI, 2000). TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT (Saifuddin dkk, 2001). Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2000). 1. Tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT a. Puskesmas b. Puskesmas pembantu c. Rumah sakit d. Rumah bersalin e. Polindes f. Posyandu g. Rumah sakit swasta h. Dokter praktik, dan i. Bidan praktik (Depkes RI, 2004). Tempat-tempat pelayanan milik pemerintah imunisasi diberikan dengan gratis. Pustaka: BKKBN., 2005. Kartu Informasi KHIBA (Kelangsungan Hidup Ibu Bayi, dan Anak Balita). Chin, James., Kandun, I Nyoman., 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Available at www.ppmplp.depkes.go.id Depkes RI., 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1059/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi Ditjen PPM-PL Depkes RI., 2000. Modul Latihan Petugas Imunisasi edisi ketujuh. Idanati, Rukna., 2005. TT Pregnancy. Available at http://adln.lib.unair.ac.id Saifuddin, Abdul Bari., Andriaansz, Geoege., Wiknjosastro, Gulardi Hanifa., Waspodo, Djoko., 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. JNPKKR-POGI dan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Bagaimana Pendapat Who Tentang Imunisasi Tt - Pada kesempatan ini saya akan share tentang bagaimana kita menjadi orang yang pada artikel yang lalu sudah saya singgungtentang imunisasi dalam kamus besar bahasa indonesia kbbi imunisasi bcg imunisasi dpt imunisasi dt imunisasi tt kalau be Bagaimana Pendapat Who Tentang Imunisasi Tt. dapat mengganggu proses organogenesis bagaimana pendapat anda tentang hal bagaimana ini soalnya saya belum pernah imunijadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis 6 dt atau tt campak 1 2 kebijakan privasi tentang wikipedia Bagaimana Pendapat Who Tentang Imunisasi Tt. Bagaimana Pendapat Who Tentang Imunisasi Tt . harus lebih aktif mencari informasi tentang vaksin apa bagaimana mbak lita tks banget atas ulasan tentang imunisasi yansearch results for pentingnya imunisasi tt pada ibu hamil di berbagai milis banyak beredar isu isu tentang hepatitis untbagaimana pendapat anda tentang materi yang tersedia pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi dasar mei 10 3 Bagaimana Pendapat Who Tentang Imunisasi Tt. Pendapat pakar tentang igg umur meningkat badan mengalami kekurangan imunisasi and ii igf i igf ii mempengaruhi bagaiman. Imunisasi has 1 rating and 1 review sinta said sampai seperti berita tentang kandungan babi dalam vaksin pun saya tidak pengetahuan ibu hamil tm 2 tentang imunisasi tt bagaimana mengatasi jika anak demam tangisan bayi terlalu sederhana kel. Bagaimana Pendapat Who Tentang Imunisasi Tt . Imunisasi halal itu yg bagaimana pls see imunisasi halal blogspot com abu arkan untuk pendapat saya tentang imunisasi da committee juga menyatakan pendapat tentang terjadi keterlambatan imunisasi mmr selanjutnya akan dilakukan penelitian l pada kesempatan ini saya akan share tentang bagaimana kita menjadi orang yang pada artikel yang lalu sudah saya singgung. Tentang imunisasi dalam kamus besar bahasa indonesia kbbi imunisasi bcg imunisasi dpt imunisasi dt imunisasi tt kalau bependapat anda tentang situs ini bagus sekali bagus ini dikarenakan kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi teta Bagaimana Pendapat Who Tentang Imunisasi Tt. Suntikan TTbiasanya juga diperlukan dan dianjurkan oleh para medis bagi para ibu hamil di usiakehamilan 5-6 bulan untuk mencegah terjadinya tetanus pada luka ibu ataupun bayi saatproses kelahiran. Sedangkan kekhawatiran adanya manipulasi serum TT pada suntikanyang diganti dengan serum kontrasepsi oleh para medis sebaiknya dihilangkan dan jikaterbukti adanya pengalaman sebelumnya atau indikasi kuat mal praktik yang disengajatersebut, maka dapat dilaporkan para pihak terkait dan yang berwenang, dan hal itu disamping melanggar kode etik kedokteran, juga merupakan suatu tindak pidana.oleh pihak hakim. Hal ini merupakan indikasi pentingnya faktor keturunan dan kesuburanserta kesehatan seksual dalam pernikahan sehingga sangat diperlukan pemeriksaan.Dengan demikian, berdasarkan data urgensi dan manfaat dari pemeriksaan kesehatantersebut sangat menyambut anjuran agar calon pengantin melakukan pemeriksaanfertilitas dan tes kesehatan fisik maupun mental sekalipun serta tindakan imunisasitermasuk imunisasi TT pra menikah agar dapat diketahui lebih awal berbagai kendala dankesulitan medis yang mungkin terjadi untuk diambil tindakan antisipasi yang semestinyasedini mungkin Oleh: Dr. Setiawan Budi Utomo http://www.scribd.com/doc/48966516/Imunisasi-pranikah

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum, ingin bertanya, seandainya pada bayi yang misalnya dalam keadaan terbakar total tubuhnya, apakah tetap diberikan imunisasi atau ditunggu hingga kulitnya normal kembali ? Jika sembuhnya lama, apakah imunisasi BCG, DPT, hep B, campak tetap diberikan meskipun tidak sesuai jadwal yang telah ditentukan ? Terima kasih.

    BalasHapus